One : The sound of Piano

4.1K 403 24
                                    

Derit suara jendela usang baru saja
terdengar saat Nera bersusah payah membukanya. Kemudian digulunglah gorden Abu tua itu kesamping agar halaman luar terlihat lebih jelas. Langitnya tampak mendung pagi ini.

Nera menepuk kedua tangannya, menghilangkan debu yang menempel di mana-mana. Kepalanya menggeleng pelan, seingatnya dua hari lalu baru saja dilihatnya Abian, salah satu teman KKN nya, membersihkan jendela-jendela diruang tamu. Rumah tua ini memang cepat kotor rupanya.

"Apa aku tinggal disini aja nemenin Karina?"

"Biar dicariin Bu Ana lagi? Gak usah aneh-aneh lah!"

Nera berbalik, teman-teman yang sudah tinggal bersama selama dua Minggu ini terlihat sibuk bersiap sebelum memulai aktivitas nya masing-masing. Abian pun baru saja melewatinya sambil meniup segelas teh panas ditangannya.

"Ada apa?"

Nera menghampiri tiga orang temannya yang berkumpul mengerubungi Karina. Gadis itu masih mengenakan baju tidurnya.

"Karina sakit, pucat banget muka nya tuh."

"Aduh gara gara kehujanan semalam ya?"

Yang menjadi pusat perhatian menarik ingusnya panjang. Terlihat sangat jelas gadis itu tak nyaman dengan flu nya saat ini. Lengannya kembali bergerak untuk mengelap hidungnya yang memerah basah.

"Udah ah, aku oke kok."

Gadis itu mengacungkan jempol nya mantap. Gigi rapi nya ikut tampil, meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja. Yah, walau kelihatannya tidak seperti itu.

"IHH! Upil lo gondal-gandil keluar tuh." Celetuk Abian sambil meminum tehnya.

"HEHH!"

"Emang iya! Lap deh jijik gue, ewwww."

Mereka yang berada diruang tamu teralihkan perhatiannya sejenak. Melihat Karina yang menjitak kuat kepala pria itu. Tehnya yang tersisa setengah gelas tumpahlah sedikit, akibat dari pergerakannya yang mendadak.

"Karina, noleh ke sini sebentar."

Karina menoleh kesamping, bukan lagi Nera yang dilihatnya. Melainkan Yohan yang kini mengelap hidungnya dengan sapu tangan. Gadis itu sempat kaget diawal, iris coklat tampak membesar sejenak.

"Tck! Masih pagi udah disuguhi beginian, gausah manja Rin!" Lagi, Abian menyeletuk dan mendesah pelan setelah menghabiskan tehnya.

Yang lainnya tertawa, ikut menggoda mereka. Karina hanya mendengus, sedikit kesal karena akhir-akhir ini, dialah yang jadi bahan ejekan disini. Sementara Yohan, tampaknya tak terlalu ambil pusing. Sorot matanya tak lepas dari gadis yang mengelap hidungnya sendiri setelah merebut sapu tangannya.

"Gak usah lebay. Anak Sekolah Dasar kena flu juga masih kebal minum es. Berlebihan banget sih."

Sena yang sedari tadi duduk sambil memainkan hapenya ikut mencibir. Gadis itu mengikat rambutnya asal tanpa mengurangi kecantikan diwajahnya. Dipakainya lah almamater dan melenggang pergi keluar rumah tanpa menoleh sedikitpun ke arah mereka.

"Apasih ga asik tuh anak." Ucap Abian, membawa kedua tungkainya kedapur untuk mengembalikan gelas kosongnya.

"Udah-udah, ayo pada berangkat. Udah jam tujuh lewan nih."

Setelah Nera berkata demikian, teman-temannya yang lain ikut mengangguk. Satu persatu mereka keluar setelah mengikat sepatunya rapi. Karena ini hari Senin, akan ada banyak kegiatan yang akan dilakukan hari ini di desa Kelabu.

"Kamu beneran gapapa kan Rin?" Tanya Nera sekali lagi.

"Aman kok." Angguknya mantap, "kalau nanti ada yang nanyain bilang aku sakit yah!" Sambungnya.

1928Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang