Sander memperhatikan teh yang dituang dari ceretnya, kepulan asap mulai terlihat seiring dengan aroma manis dari teh menyeruak ke ruangan.Wangi dari bunga Rosemary seharusnya memberikan efek menenangkan padanya, apalagi setelah belajar, untuk itulah pelayan memilih menyajikan teh ini.
"Sander Oulixeus, kening mu berkerut."
Sander mengalihkan perhatiannya kepada Tuan Ernest. Pria itu memperbaiki letak kacamatanya sebelum membuka mulutnya kembali.
"Saat membahas teori sastra tadi kau bahkan tidak terlihat seperti itu."
Pelayan tampak membungkuk sebelum mengundurkan diri setelah selesai menuangkan teh yang kini langsung di seruput oleh Tuan Ernest.
"Kalau nenek mu yang sudah mati tiba-tiba muncul, apa yang akan kau lakukan?"
Masih dalam keadaan menyeruput tehnya, mata milik seorang sastrawan itu menyipit. Terlihat kepulan asap mulai mengganggu pandangan, berembun di kacamatanya.
"Hal itu yang menggangu pikiranmu?"
"Jawab saja."
Sander berkata dengan eskpresi yang sama seperti sebelumnya. Sangat serius. Dilihat Gurunya itu kini mengusap kacamata emasnya dengan sapu tangan.
Dia bergumam sebelum menjawab, "Biasa saja? Aku bahkan sudah lupa wajah nenekku."
Mimik wajahnya berubah, alisnya hampir menyatu. Bukan itu jawaban yang ingin Sander dengar, maka diubah lah pertanyaannya.
"Kalau istri mu yang sudah lama meninggal kini tiba-tiba muncul dikamar mu, apa yang akan kau lakukan?"
Pertanyaan itu sontak mendapat tatapan melotot dari iris abu-abu dihadapannya.
"Hei istriku belum meninggal!"
"Anggap saja sudah, jawab saja apa yang akan kau lakukan?" Balasnya enteng.
"Jangan kurang ajar, nak."
Tuan Ernest berucap serius, tidak terima istri yang dicintainya menjadi perumpamaan. Pria dipertengahan empat puluh itu memakai kembali kacamata nya sambil mendesah panjang.
"Tidak ada yang akan ku lakukan. Orang yang sudah mati mana mungkin bangkit kembali?"
Benar, orang yang sudah dikubur tidak mungkin kembali hidup. Sedari tadi pun dia mencoba berfikir secara rasional, tapi kejadian beberapa jam lalu bukanlah khayalan semata.
Kemudian Tuan Ernest menyadari bahwa ini bukanlah sekedar pertanyaan konyol dari anak didiknya. Baru ingin dia bertanya tapi Sander lebih dulu membuka mulutnya.
"Tapi kau benar-benar melihatnya, suhu tubuhnya, wajahnya, benar-benar persis seperti istrimu."
Ada jeda waktu sebentar sebelum suara selanjutnya mengisi ruangan.
"Kalau istriku benar-benar meningg──"
Tuan Ernest berdecak saat menyadari apa yang akan keluar dari mulutnya, "Entahlah, mungkin aku akan pergi memeriksakan kejiwaan ku." Sambungnya.Tangan pria yang hampir kelihatan menua itu pun sudah bergerak mengelus dagu, entah kenapa ikut serius ke dalam percakapan ini.
Guru Sastranya ini mungkin saja memeriksakan kejiwaannya. Kemudian dokter akan mengatakan mentalnya sedikit terganggu karena tidak siap ditinggalkan istrinya sehingga dia berhalusinasi. Lalu haruskah Sander mengikuti saran gurunya?
Lelaki ini menggeleng pelan, tentu tidak. Karena dia bukanlah berhalusinasi.
.
![](https://img.wattpad.com/cover/332057068-288-k19725.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
1928
Teen FictionSudah kurang lebih dua minggu, Karina dan kawan-kawannya menjalani KKN di desa Kelabu dengan damai. Tapi pagi itu, kepalanya yang terasa berat membuatnya harus tinggal sendiri di rumah dan memilih untuk beristirahat. Begitulah rencananya, sampai sua...