Udara pagi dipenuhi aroma bunga yang bermekaran, merupakan pemandangan yang memanjakan mata dan hati. Menimbulkan rasa kegembiraan dikala kupu-kupu terbang dengan anggun melintasi bunga-bunga yang merekah, menikmati lanskap yang semarak dan menyegarkan.
Angin bertiup dengan lembut menyentuh objek cantik itu, membuat mereka melambai dan sedikit bergetar seolah-olah sedang menari.
Gadis dengan pita biru mint di rambutnya menjadi salah satu penikmat suasana pagi yang bahkan tak kuasa menahan senyumnya. Satu tangkai lagi kembali terpetik dan dimasukkan ke dalam keranjang yang di bawa Sander.
"Sudah cukup?"
Sander melirik pada keranjang yang pegangannya.
"Belum."
Karina bergumam, matanya kembali tertuju pada bunga mawar putih. Gadis itu merotasikan bola matanya malas, teringat kejadian memalukan yang berhubungan dengan bunga itu.
"Masih belum cukup?"
Sander menganggukkan kepalanya membuat Karina mulai menatap penasaran.
"Kau sangat suka bunga ya Sander?"
Sander tersenyum tipis, tapi kemudian menggeleng. "Tidak."
"Tidak??"
Lah?!
"Lalu kenapa kau minta memetik bunga sebanyak ini?"
Ada jeda sejenak yang diisikan suara burung, menggantikan keheningan sesaat mereka.
"Ibu ku yang menyukainya." Jawabnya.
Biru laut miliknya yang terkena sinar matahari terlihat begitu bersinar saat menatap ke dalam milik Karina. Gadis itu melebarkan matanya, merasa kagum dengan apa yang dilihatnya.
"Eh, ibumu?"
Tanpa alasan yang tidak diketahui hati Karina sedikit berdesir mendengarnya. Karina tahu ibu Sander sudah tidak lagi bersama mereka.
Canggung.
"Uhm... Aku yakin beliau secantik dengan bunga-bunga ini."
Karina melirik bunga yang baru saja dipetiknya. Tidak ada alasan lain dia mengatakan itu kecuali untuk mengusir rasa canggung yang tiba-tiba menyapa. Karina memang belum pernah melihat ibu Sander, tapi dia tidak perlu berfikir dua kali untuk mengatakan itu.
Anaknya aja cogan, ya pasti mama nya cecan.
Butuh tiga detik sampai senyum Sander kembali terulas. Namun kali ini Karina tau bagaimana perasaan dibalik lukisnya itu.
"Benar.. dia secantik bunga."
Ada jeda beberapa saat sampai kalimat selanjutnya datang dengan kekehan yang terdengar pahit.
"..... Dan cepat layu seperti bunga."
Aduh, melow ni suasana nya.
"Ka-kau pasti sangat merindukan ibumu."
Pertanyaan macam apa itu anjir ya jelas iyalah!
Namun eskpresi yang diberikan jauh berbeda dari yang dipikirkannya. Sander malah tersenyum, lebih lebar dari sebelumnya. Karina tidak bisa berhenti untuk tidak merasa takjub.
Jangan-jangan ni sebenarnya aku masuk Webtoon?!
"Tentu saja."
Sander mengambil salah satu bunga di keranjangnya dan menyelipkan nya di daun telinga sang gadis. Karina sedikit tersentak, namun masih dapat mengontrol raut wajahnya untuk tetap tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
1928
Teen FictionSudah kurang lebih dua minggu, Karina dan kawan-kawannya menjalani KKN di desa Kelabu dengan damai. Tapi pagi itu, kepalanya yang terasa berat membuatnya harus tinggal sendiri di rumah dan memilih untuk beristirahat. Begitulah rencananya, sampai sua...