Eleven : The Comeback

1.3K 221 68
                                        

Pohon rindang yang menjulang tinggi di dekatnya cukup untuk melindungi kulit dari terik matahari. Angin siang ini begitu menyejukkan, sangat cocok untuk waktu bersantai sambil menikmati alam dan menikmati secangkir teh lengkap dengan cookies nya.

Tapi Karina tidak melakukan itu.

Gadis ini tampak duduk dibalik tembok rendah. Bersandar sambil duduk di atas rumput bersih tanpa alas apapun. Lutut nya di tekuk sebagai sandaran buku yang tengah di bacanya. Buku dengan cover hitam yang berjudul 'Love lessons from the Duke'

Satu-satunya buku yang sempat dikira lebih aman dari buku lain yang ditawarkan Rowa untuknya. Malam Panas dengan Pangeran, adalah yang pertama di sebutkan oleh Pelayan itu, tapi Karina menolaknya.

Terlalu brutal.

Kurang lebih setengah jam telah berlalu sejak Karina duduk di sini. Sekitar tujuh chapter telah dibacanya, jalan ceritanya menarik dan membuatnya penasaran. Setiap lembar yang dibaliknya menimbulkan eskpresi yang berbeda di wajah cantiknya.

Datar, mengerutkan kening, tersenyum hingga wajah yang memerah malu di ikuti detak jantung yang berpacu. Menutup buka kembali buku itu sambil tertawa dan panik sendiri. Seolah-olah ikut merasakan adegan di balik cerita itu.

Sekitar lima belas detik setelah raut wajahnya terlihat normal, Karina buru-buru menutup bukunya dengan mata yang membulat lebih besar.

Akhhhhh brutal banget anjir!

Ini kenapa jelasinnya bisa detail banget dah.

Kirain yang ini aman astaga, ta-tapi seru sih ehe.

Telapak tangannya bergerak mengipasi wajah dan lehernya dengan cepat sambil menahan jeritannya yang tertahan.

"Buku yang membuat anda panas dingin ketika membacanya Nona!"

Beneran panas dingin..

Karina mendesis mengingat kembali ucapan Rowa. "Rowa, sialan..."

Setelah menenangkan diri, Karina menelan ludahnya. Membuka kembali novel itu untuk melanjutkan bacaanya.

Inilah alasannya membaca disini, Karina tidak akan bisa menahan eskpresi nya ketika membaca. Dan dia tidak ingin terlihat aneh karena tampak bertingkah seperti orang yang tidak waras.

Rowa pun tidak ada disini untuk menemaninya, jadi dia bisa bebas tanpa diawasi. Ah, Rowa bilang Kepala keluarga kediaman ini akan pulang sore nanti dan Rowa ikut membantu melakukan persiapan.

Sejak pagi tadi dilihatnya para pelayan berada dimana-mana. Yang paling ramai Karina lihat adalah ruang utama, mereka tampak sibuk mengganti gorden-gorden dan menyusun tata letak perabotan.

Sebenarnya pun, sejak beberapa saat lalu dibalik tembok rendah ini semua pelayan terdengar sibuk kesana-kemari. Mengoceh dengan nada tergesa-gesa dan sedikit mengomel pada yang lainnya.

Karina menutup novelnya setelah melipat bagian terakhir yang dibacanya. Kepalanya disandarkan dengan santai dan meluruskan kaki sambil mendengarkan kembali percakapan mereka.

"Seth tunggu aku! Kau pikir aku bisa membawa kain ini sendiri?!"

"Ya ampun, lagi pula kita akan ke arah yang berbeda!"

"Kau mau kemana?"

"Mereka meminta kami mengganti karpet di kamar Tuan Helios. Kami duluan ya, akan ku suruh yang lain membantu mu nanti."

"Ah tunggu!"

Selanjutnya terdengar suara langkah yang menjauh dan geraman kesal. Karina mendongak, mengintip pelayan yang berjalan menjauh darinya yang paling belakang tampak menghentakkan kakinya dengan kesal.

1928Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang