Sore sekitar pukul tiga lewat, hujan turun dengan tiba-tiba. Memang sempat ada gemuruh disertai awan yang gelap, namun siang tadi cuaca sempat terik kembali. Karena alasan itu, Rowa tidak memikirkan untuk membawa payung saat menemani Nona yang di layaninya.
Beruntung, seorang pustakawan sempat meminjamkan mantel untuk Karina. Tapi sayangnya tak bertahan lama, hujan semakin deras, gaunnya pun ikut basah dibalik mantel.
Seharusnya tadi Karina menunggu saja di perpustakaan, sambil memilih-milih judul buku yang sekiranya menarik perhatian.
Tapi begitu mengingat perkataan kepala koki saat sarapan tadi pagi membuatnya ingin segera kembali. Dessert sore ini adalah blueberry cheesecake, di katakan dengan senyum hangat, membuat Karina ingin segera kembali begitu mengingatnya.
Tentu dia tidak mengatakan alasan ini pada Rowa. Dia bisa malu dan dianggap kekanakan, walau sebenarnya mungkin memang terdengar seperti itu.
Karena itu, mereka singgah pada gazebo taman. Sayangnya tidak ada tempat duduk disini, jadi sudah sekitar lima menit Karina berdiri sambil menikmati bau petrichor. Sejenak dia teringat, ini adalah hujan pertamanya di dunia ini.
Apa terobos aja ya?
"Jangan Nona, hujannya cukup deras."
Entah bagaimana, Rowa bisa membaca pikirannya. Karina segera mundur dan berbalik setelah mengarahkan tangannya keluar, semakin basah setelah dia mengelapnya pada gaun hijau muda yang sudah basah duluan.
"Bagaimana jika saya yang pergi untuk mengambil payung?"
"Untuk apa?"
"Tentu saja agar kita tidak semakin lama terjebak disini, Nona."
"Hah, gak usah!" Karina sedikit kaget dengan ucapan Rowa yang terdengar serius.
"Jangan khawatir Nona, saya tidak akan lama!" Nada semangat terselip disana.
"Bukan begitu Rowa, duh.."
Emang semua pelayan gini kah? Awas aja kalau Rowa gajinya kecil..
"Lebih baik kita tunggu reda saja, Rowa bisa sakit jika semakin terkena hujan."
"Ya ampun, Nona.."
Wajah Rowa terlihat penuh dengan haru, karena bibirnya yang bergetar dingin membuatnya terlihat menyedihkan.
"Ternyata anda memikirkan saya ya? Saya jadi sangat terharu.."
Ya iyalah! Ya kali tega nyuruh orang ujan-ujanan.
"Tapi apa Anda tidak kedinginan?" Nadanya kembali penuh dengan kekhawatiran, dia bergerak mendekat pada Karina, "ini salah saya karena tidak membawa payung."
"Tidak kok, tenang saja Rowa. Anginnya juga tak terlalu kencang." Karina berusaha meyakinkan.
Justru Rowa lah yang terlihat kedinginan sekarang, tangannya memeluk gulungan mantel yang telah basah dan juga buku yang sempat dibawa ───
Eh?!
"Rowa bukunya basah?!"
Karina panik, Rowa yang melihatnya segera mengecek buku yang dititipkan padanya dibalik mantel. Kepalanya sempat menggeleng, namun sedetik kemudian terangguk sambil menyerahkan buku bersampul coklat itu pada Karina.
"Karena sampulnya tebal, bagian depan terlihat aman Nona. Tapi bagian atasnya kemasukan air, sepertinya beberapa halaman basah.."
Rowa memperhatikan Karina membuka buku dengan tergesa-gesa, setengah halaman memang basah. Pasti akan robek bila halamannya dibalik. Mendadak wajah gadis itu tampak murung, menatap Rowa seolah mengadu.

KAMU SEDANG MEMBACA
1928
Roman pour AdolescentsSudah kurang lebih dua minggu, Karina dan kawan-kawannya menjalani KKN di desa Kelabu dengan damai. Tapi pagi itu, kepalanya yang terasa berat membuatnya harus tinggal sendiri di rumah dan memilih untuk beristirahat. Begitulah rencananya, sampai sua...