Aroma yang kuat dari daging sapi yang baru dipanggang memenuhi ruangan. Para pelayan bagian dapur terlihat sudah sangat sibuk meski ini belum pukul enam pagi.
Bukan hanya koki saja yang terlihat, pelayan lain pun ikut memenuhi dapur, namun bukan tangan mereka yang bekerja, melainkan mulutnya berbisik-bisik.
Rutinitas para pelayan kediaman ini di pagi hari, adalah berkumpul di dapur. Tempat favorit mereka untuk memulai hari sebelum beraktivitas.
Tampaknya aroma makanan, rempah-rempah, teh dan kopi yang bercampur menjadi satu membuat mereka semakin betah.
Bukan hanya bergosip dan saling tukar informasi, namun juga tempat temu orang yang mereka idam-idamkan. Tentu saja, mereka juga manusia yang butuh hiburan, mengusir stress kala lelah bekerja.
Tapi tenang, tidak akan menggangu mereka yang sedang melakukan tugasnya. Dapur kediaman ini amat besar, yang masih bersantai kini berkumpul pada sisi bagian lain ruangan ini.
Walau kenyatannya, kekehan dan bisikan mereka masih dapat didengar oleh koki yang sedang menurunkan suhu api pemanggang.
"Pagi ini Aaron tidak kelihatan kan?"
"Tidak, kemarin pagi aku juga tidak melihatnya di dapur."
"Ya ampun benarkah? Aaron pasti sibuk akhir-akhir ini."
"Aku dengar paman dari bagian peternakan kuda meminta bantuannya."
"Kasihan sekali.. akan ku bawakan kue kering untuk nya."
"Aaron saja yang kau cari. Habiskan roti itu dan cepat bantu aku membersihkan ruang kerja Tuan Muda.
"Kenapa aku? Itu kan sudah menjadi tugas Rowa."
Protesan itu berasal dari gadis yang tengah duduk dengan tangan yang menopang dagunya.
Seorang pelayan lain yang sedang menyapu berhenti sejenak, menoleh pada meja yang dipenuhi teman-temannya.
"Kau masih tidak mengerti Eva? Rowa sekarang bertanggung jawab untuk membantu nona muda." Tangannya mengetuk pelan gagang sapu. "Seharusnya aku saja yang melayani nona itu."
"Tapi menurutku, tangan mu itu lebih cocok untuk memegang gagang sapu dari pada menyisir rambut halus para lady."
Selanjutnya kekehan terdengar dari meja itu, ada juga yang menegur Eva karena dirasa kurang sopan pada pelayan yang lebih tua darinya.
"Sini biar ku masukkan jerami ke mulut mu itu!" Sony tak terima, berusaha mendekat untuk menarik Eva.
"Ya ampun! Aku hanya bercanda. Ini masih pagi Sony matahari bahkan baru saja muncul, tapi wajahmu sudah seperti kuda marah yang siap menendang ember berisi kotorannya sendiri."
"Baiklah, cukup Eva itu sudah sedikit keterlaluan.."
Sadie menegur setelah sedari tadi diam, berbanding terbalik dengan pelayan lain yang cukup menikmati drama pagi ini yang selalu saja dimulai oleh Eva.
Gadis berambut oranye terang itu bersikap abai, tertawa sambil menyikut pelan pelayanan yang duduk disampingnya.
"Kau! Kurang ajar sekali ya Eva!"
Sonny akhirnya emosi, melempar sapunya dan mendekat pada Eva dengan langkah yang penuh kekesalan. Bersiap untuk menarik kerah baju gadis itu.
"AWW ───
"Cukup, hentikan!"
Bibi Fern yang sebelumnya terlihat sibuk dengan adonannya di sudut lain tiba-tiba telah muncul dihadapan mereka semua.

KAMU SEDANG MEMBACA
1928
Teen FictionSudah kurang lebih dua minggu, Karina dan kawan-kawannya menjalani KKN di desa Kelabu dengan damai. Tapi pagi itu, kepalanya yang terasa berat membuatnya harus tinggal sendiri di rumah dan memilih untuk beristirahat. Begitulah rencananya, sampai sua...