Sixteen : shoes

1.4K 242 104
                                    

Karina tidak tahu apa yang terjadi padanya sebelum dia tertidur. Sepertinya dia benar-benar kelelahan hingga membuatnya kehilangan kesadaran. Tapi yang dia lihat sekarang ini, benar-benar membuatnya semakin bingung.

Dia masih terbaring dengan nyaman di sofa. Ada selimut yang menutupinya dengan hangat, selimut yang membantunya untuk menyembunyikan wajahnya sedari tadi.

Karina tidak tahu berapa lama tepatnya, tapi mungkin sudah ada lima belas menit sejak dia bangun. Karina mengintip dari balik kain tebal itu, Sander duduk tidak jauh darinya.

Sander memangku kakinya sambil membaca entah apa Karina tidak tahu. Tapi sepertinya itu sangat penting, sejak dia sadar hanya kertas-kertas itu yang menjadi perhatian Sander.

Gadis itu menghela nafas, tidak terlalu keras karena tidak ingin Sander mendengarnya. Dia ingin segera bangun karena lelah mempertahankan posisinya saat ini. Karina juga tidak tahu kenapa dia harus pura-pura tidur saat ini.

Harus kah dia bangkit sekarang? Tapi bagaimana jika wajah bangun tidurnya berantakan dan tidak enak dilihat. Karina sebenarnya tidak masalah, tapi melihat Sander yang begitu rapi dan dibandingkan dengan Karina yang merasa sedang jelek sekarang....

Aduh!

Bentar lagi, tunggu Sander keluar..

.

Sander kembali dengan tergesa-gesa, tidak seperti biasanya yang selalu santai. Kusir yang membawa kereta kuda di minta untuk menaikkan kecepatan. Tak menunggu pintu dibukakan, langsung turun dan masuk ke dalam kastil.

"Selamat datang kembali, Tuan."

Sander awalnya tidak ingin menjawab, tapi dia urung. Memberikan seluruh atensi nya pada pelayan pria yang membungkuk padanya.

"Kau melihatnya hari ini?" Suaranya direndahkan saat berbicara.

Nya?

Tampaknya sang pelayan tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Tuannya. Ingin mengerutkan kening namun diurungkan takut merasa tidak sopan.

Sander pun tidak sabaran, intonasinya terdengar mendesak. "Kau melihatnya atau tidak?"

Dia bertanya karena ingin segera menemui Karina hingga tak harus mencari nya lagi. Tapi jika pelayan ini membuatnya membuang waktu lebih baik dia mencarinya sendiri.

"Ma-maksud Anda... Tuan Helios?"

Keningnya berkerut, setetes keringat baru saja mengalir di lehernya. "Apa menurut mu aku akan mencarinya walau dunia ini kiamat?"

"Ah maafkan sa ───

"Maksud Anda nona Karina, Tuan? Kami sempat melihatnya tadi."

Rambutnya ikut bergerak ringan saat dia menoleh ke samping. Sorot matanya jatuh pada iris ungu muda milik gadis yang menatapnya penuh hormat.

Sander masih menatapnya, dia tampak berfikir beberapa detik sebelum tubuhnya menghadap pelayan itu. "Mulai sekarang pelankan suara kalian saat memanggil namanya."

Ada jeda beberapa detik, Sander menyilangkan kedua tangannya. "Jika perlu tidak usah sebutkan namanya, mengerti?"

Walau penuh rasa penasaran, tentu saja beberapa manusia berseragam hitam putih disana hanya menganggukkan kepala mereka. Tidak ada niat bertanya pada Sander.

1928Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang