H A P P I N E S S - 0.1

28.2K 553 23
                                    

Mati bersama setelah menikah itu tidak mungkin bukan? Jika terjadipun karena takdir, bukan karena keinginan sendiri.

Lagian siapa yang ingin mati setelah menikah? Emang tidak mau merasakan kebahagiaan dulu bersama pasangannya? Emang tidak mau menggendong buah cintanya terlebih dulu?

Aneh.

Tapi sosok itu ada. Sosok yang ingin mati setelah menikah.

"Nara!"

Sosok perempuan yang sejak 5 bulan menyandang sebagai istri dari suami bernama Nicko.

"Ya, aku di kamar mandi."

Tok! Tok!

Pintu itu dibuka secara tak sabaran oleh Nicko yang berdiri memakai pakaian santai.

Iris matanya tetap sama, namun cara menatapnya sudah berbeda dari peristiwa yang menjadikanya bersatu.

"Ngapain sih lu di kamar mandi, lama banget?!"

Nara mengusap lembut perut buncitnya, "Cuci muka sama gosok gigi sebelum tidur."

Duduk di pinggir ranjang yang tak terlalu besar. Menatap Nicko yang berkacak pinggang.

"Kenapa sih?"

Gimana gak kikuk kalo diliatin gitu banget sama Nicko.

"Pengen gw bunuh."

Setelah itu keluar kamar entah mau kemana. Tapi masuk lagi membawa baskom berisi air hangat.

"Obatin gw. Nggak usah pake banyak tanya."

Bibir Nara langsung terbuka sedikit melihat banyak goresan di tubuh Nicko.

"K-kam—"

"Cepet anjing! Gak usah sok peduli!"

Cewek itu meringis pelan memandangi luka goresan yang sangat amat nyeri sekali jika dirasakan.

"Kamu kenapa? Kerjanya gak hati-hati?"

Tak ada respon.

"Sshh.." Bukan ringisan Nicko, melainkan Nara yang tengah mengobati luka itu dengan penuh hati-hati.

"Maafin aku."

Nicko berdecih, "Gak guna. Rasanya janin itu mau gw bunuh."

Tangan Nara langsung terhenti, "Kamu boleh benci sama aku, tapi jangan anak aku. Aku mohon."

Alis Nicko menaik serta menepis tangan Nara, "Seharusnya Leo yang nikahin lu. Bukan gw."

Nara terdiam.

Senyuman tipis namun iblis terlihat, "Gw nggak mau sebenarnya nikahin lu yang hamil gitu. Apalagi hamil sama Leo. Jijik banget gw."

Tangan Nicko tertarik mencengkram rambut Nara, "Tapi sayang, Tuhan mentakdirkan kita, cantik. Biar gw sama lu. Biar gw bisa habisin lu."

Cewek itu meringis dan melepaskan cengkraman pedas itu sesaat, "Aku minta maaf. Tapi please aku obatin kamu dulu, baru kamu bebas marahin aku seperti biasanya."

Seperti biasanya? Berarti Niko sering sekali marah ke Nara. Memberlakukan cewek itu dengan cara yang tidak semestinya.

Nicko mengumpat seraya membuang pandangan.

Acara mengobati itupun berlanjut sampai luka tertutup oleh perban.

"Hati-hati kalo kerja."

Cowok itu tak menggubris. Beranjak begitu saja tanpa mengucapkan terima kasih ke istrinya.

Sementara Nara menunduk dan menggigit bibirnya tak kuasa menahan perasaan sensitifnya jika sikap mengabaikan Nicko muncul.

"Kamu mau buat apa?"

Kaki cewek itu menapaki dapur setelah menaruh barang tadi di tempat semula.

"Mendingan lu tidur." Suruh Nicko sambil mengaduk mie yang di masak.

Nara tetap berdiri beberapa jarak dari Nicko.

"Kamu beneran benci sama aku Nicko?"

Bunyi kompor dimatikan terdengar di sana, "Rasanya gw pengen bunuh lu. Sumpah demi apapun." Tuturnya tak terbata sedikitpun seperti memang rencana untuk menghabisi seseorang.

Nara tetap berdiri di sana menatap nanar suaminya.

"Niat gw nikahin lu, biar leluasa sakitin lu."

"Gw mau lu mati di tangan gw."

...

gw balik bersama Nicko dan Nara!!

H A P P I N E S STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang