H A P P I N E S S • 1.6

6.1K 255 21
                                    

Zrashhh!!!!

Suara hujan di luar sana semakin membuat sepasang suami istri nyenyak di dalam selimut yang membungkus tubuh polos mereka.

Rasa-rasanya Nara tidak ingin membuka matanya saat rasa hangat pelukan seseorang menjalar ke tubuhnya.

Wajah bantalnya semakin disembunyikan di dada bidang suaminya. Kedua tangannya tidak mau lepas dari tubuh yang melingkupinya setelah menyelesaikan sesi pertempuran yang menguras tenaga.

Hangat dan nyaman.

"Akh!"

Sontak Nicko mengangkat kepalanya ketika mendengar rintihan Nara.

"Kenapa?" Tanya Nicko dengan mata kantuknya.

Nara menggeleng. Kemudian membelakangi Nicko sambil mengelus perutnya yang terasa agak sakit.

"Kenapa sih?!" Kesal Nicko membalikan tubuh Nara, namun cewek itu malah mengacuhkannya.

"Gak papa. Kamu lanjut tidur aja." Ucap Nara berusaha menahan ringisan kecilnya dari Nicko yang mungkin penasaran.

Nicko berdecih. Membuka kasar selimut yang menutupi tubuh polos Nara.

"Aku gak pake baju!"

Lantas Nicko kembali menutupi tubuh bagian atas Nara yang beberapa detik menjadi pemandangan paginya. Lalu, memberikan daster yang tergeletak di lantai dengan cara dilempar.

"Masih sakit gak bego?"

Nara mengangguk samar sambil mengusap perut kerasnya. Menarik dan membuang nafas beberapa kali.

"Keram, Nicko."

"Gw gak ngerti." Jujur Nicko mengacak rambutnya yang semakin berantakan.

Bibir Nara sedikit tersenyum, "Kamu kok tambah ganteng ya?" Bisa-bisanya dalam keadaan perut keram, sang bumil mengeluarkan perkataan berbau modus ke suaminya.

"Dari zigot gw udah ganteng."

Nara terkekeh mendengar fakta itu.

"Kapan lo lahiran?" Tanya Nicko tiba-tiba yang membuat perasaan Nara menghangat.

Chup!

Nicko sontak menjauh dari Nara yang suka sekali mencium pipinya.

"Tinggal hitungan minggu."

Tangan Nara terangkat menarik suaminya yang berdiri agar duduk di sampingnya. Karena mata Nara tidak kuat melihat abs Nicko yang terpampang di depannya.

"Dokter bilang kemungkinan lahirannya di sesar, gak bisa normal."

"Air asi aku juga keluarnya kecil gak kayak kebanyakan ibu hamil lainnya."

Pelipis Nicko sedikit mengkerut, "Gw ngerasain tadi malam, ada airnya."

Pipi Nara memanas, "Tapi kan sedikit."

"Lo kalo mau banyak, susu sapi noh!" Ucapan Nicko berhasil menghibur kegelisahan Nara akan kelahiran anaknya.

Senyuman tipis, tatapan tajam dan ucapan yang dilontarkan Nicko selalu membuat jiwa Nara kembali sadar kalo dirinya masih memiliki lelaki seperti Nicko dihidupnya.

"Kamu mau cewek atau cowok?"

"Kenapa harus tanya ke gw? Itu bukan anak gw kan? Kalo itu anak gw, mau cewek atau cowok yang penting ibu sama anaknya sehat."

Iya juga. Nicko benar. Nara salah bertanya seperti itu ke Nicko yang sebenarnya berhak menjawab sebagai ayah.

"Kalo aku udah lahiran kamu tetap sama aku kan?" Tanya Nara penuh harapan dikedua matanya.

Nicko melepas genggaman Nara ditangannya.

"Jangan kepedean. Bisa aja gw lagi nungguin seseorang yang lebih dari lo."

Helaan nafas keluar, "Selama ini perbuataan gw cuma kasian ke lo yang hamil anak dari si bajingan itu, Nar."

"Lo emang bisa hidupin diri lo dan anak lo cuma berbekal ijazah smp? Belum Mamah lo yang jelas-jelas kecewa."

....

H A P P I N E S STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang