Nara yang sedang berjalan mondar-mandir diperkarang rumah. Sedang melatih otot kaki dan pinggulnya. Dikejutkan oleh kedatangan Nicko bersama teman sohib cowok itu, Rian.
"Hai Nara."
"Hai Kak! Kenapa gak bilang-bilang kalo mau dateng?"
Nara lantas menghampiri Rian. Berjabat tangan dengan cowok itu sebelum kembali mengusap perutnya.
Rian tersenyum, "Cuma mampir sebentar doang kok. Sekalian mau kasih perlengkapan bayi."
Tatapan Nara jatuh ke sekotak alat bayi yang dibawa oleh Rian. Banyak dan lucu-lucu. Membuat Nara tersenyum senang.
"Makasih banyak Kak!"
Rian menggeleng saat Nara ingin mengambilnya. Cowok itu lebih memilih meletakan bawaannya di ruang tamu.
"Sama-sama. Ini juga buat ponakan gw."
Nara jadi senang sekaligus terharu bertemu dengan Rian yang masih menyisikan hati baiknya ke cewek itu.
"Makasih banyak ya Kak. Aku bahkan belum beli perlengkapan dia." Tutur Nara. Menatap perutnya yang semakin membucit.
Terdapat tarikan tipis disudut bibir Rian, "Gak papa. Anggap aja gw Abang lo." Itu pasti. Nara akan mengingat kebaikan dan kemurahan hati Rian.
Bahkan cowok itu masuk ke dalam manusia baik yang pernah Nara temui.
"Makan yuk Kak."
Rian menggeleng, "Gw harus buru-buru Nar. Ada kerjaan. Maaf, lain kali aja ya."
Bibir Nara menurun, sedih. "Lain kali ya?" Ingin memastikan ucapan Rian benar. Karena Nara ingin sekali makan bersama dengan Rian.
"Iya Nara. Gw pamit ya." Menepuk ringan kepala Nara. Menatap istri temannya tulus.
"Makasih banyak Kak. Hati-hati."
Cewek itu pun masuk. Menyimpan barang yang diidam-idamkannya di kamar.
Namun sepertinya space di bawah tidak cukup. Mengharuskan barang itu taruh di atas lemari agar tidak menyempitkan ruang dan mengganggu pemandangan Nicko. Mengingat cowok itu benci berbau hal bayi.
"Ngapain?"
Nara pun turun perlahan dari kursi rias yang digesernya ke depan lemari.
"Itu, aku mau taruh di atas barangnya. Soalnya sempit." Cicit Nara. Menatap takut suaminya yang baru selesai mandi.
Nicko berdecak. Menyisir rambut basahnya.
"Awas."
Tubuh mungil itu pun melipir sedikit dari hadapan Nicko.
"Kamu mau ngapain? Pake baju dulu." Menahan lengan kokoh cowok itu yang terasa dingin ditangannya.
Cowok shirtless itu acuh. Fokus menaruh barang pemberian Rian di atas lemari.
Lalu turun dan menyingkirkan kursi rias itu ke tempat semula.
"Apa?" Ketus Nicko menatap Nara yang malu-malu. Cih!
Cowok itu membuka lemari. Mencari kaos dan celana santai untuk dipakainya di rumah.
"Kamu mau anterin aku ke supermarket gak? Bahan masakan sama makanan habis. Kamu mau?" Tanya hati-hati Nara di belakang Nicko yang memakai baju dengan handuk yang masih terlilit dipinggang.
"Gw tunggu diluar."
Sontak Nara menahan lengan bisep itu, sebelum pemiliknya keluar kamar. "Maksudnya? Aku gak ngerti."
Nicko menatap lekat mata istrinya, "Siap-siap. Gw tunggu diluar."
Mata Nara langsung berbinar cerah. Dengan naluri tubuhnya memeluk Nicko dan mengecup pipi suaminya beberapa kali karena sangking bahagianya.
"Makasih Nicko!"
It's been a long Nicko tidak merasakan sensasi ini.
Terakhir sebelum tahun baru. Sebelum kejadian itu bermula. Sebelum sepupunya berhubungan dengan Nara. Cih! Sial.
"Cepat! Gw gak ada waktu."
Tubuh Nara didorong paksa oleh Nicko. Tapi tidak apa-apa, terpenting Nara bisa berbelanja ditemani Nicko.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
H A P P I N E S S
Romance"Aku mau gugurin dia." "Jangan." "Kenapa? Katanya kamu gak suka." "Maksud gw jangan kotorin tangan lo. Itu biar tugas gw aja." © narrberry_ , Jan 2023