H A P P I N E S S • 2.0

6.3K 239 0
                                    

Plak!

Ugh.. tamparan Nara terdengar renyah sekali di pendengaran si pemilik pipi.

Panas dan akan membekas.

"Aku minta maaf tinggalin kamu dalam keadaan hamil anak aku."

Nara berdecih. Menatap remeh tampilan sosok lelaki di depannya, yang tidak memiliki tampang malu memunculkan wajah di depan perempuan yang telah dihamilinya.

"Kamu kira permintaan maaf aja bisa balikin keadaan seperti semula? Bisa balikin hubungan aku sama Nicko seperti dulu? Bisa balikin perut besar jadi kecil lagi? Bisa balikin kepercayaan orang lain? Nggak Leo! Nggak bisa!" Marah Nara. Menatap tajam dan penuh dendam ke lelaki yang sialnya menjadi ayah kandung dari anak yang dikandungnya.

Nara membuang muka. Menatap suasana taman yang pas buat dirinya menumpahkan semua amarah atas perbuatan lelaki di depannya.

"Aku udah jujur ke semua orang. Aku ingin bertanggungjawab ke kamu."

Plak!

Cuih!

Suara tawa remeh terdengar menggelegar di telinga Leo.

"Kamu kira semudah itu tanggungjawab? Haha! Kamu laki atau bukan sih?! Makna tanggungjawab aja gak tau!" Ucap Nara yang tidak setengah-setengah jika sedang berhadapan dengan manusia berhati iblis.

Bibir Nara tersenyum miring, menatap tajam sosok di depannya.

"Ini memang anak kamu. Darah daging kamu, Leo. Tapi maaf, jiwa dan raganya milik aku dan Nicko, ayah angkatnya. Bukan kamu, ayah kandungnya."

Tatapan Leo jatuh ke perut besar Nara. Disana ada anaknya. Darah dagingnya.

"Gak papa kalo nggak bisa tanggungjawab ke kamu, tapi aku mohon.. mohon izinkan aku lihat dan ketemu anak aku. Aku mohon."

Kepala Nara menggeleng kuat. Lalu mundur beberapa langkah saat Leo berposisi berlutut dihadapannya.

"Kamu harus tau, aku nggak akan pernah izinkan kamu ketemu dan sentuh anak aku. Sekalipun kamu cium kaki aku, aku gak akan pernah kasih izin untuk melihat anak yang aku jaga dengan penuh perjuangan."

"Kamu memang ayah kandungnya, mempunyai hak buat bertemu dengan anakku. Tapi, aku lebih berhak menentukan anakku bertemu dengan siapa."

Perempuan dress menghela kasar sambil mengusap perutnya. Merapalkan doa supaya anaknya tidak mendengar perkataannya.

"Egois? Iya. Jahat? Aku akan jahat ke orang jahat."

"Dan," Jari Nara tepat menunjuk wajah Leo.

"Kamu sebenarnya bisa bertanggungjawab, tapi kamu menyia-nyiakan kesempatan itu. Jadi, Tuhan dengan baiknya kasih aku ke Nicko yang jelas-jelas mau tanggungjawab aku yang lagi hamil anak kamu."

"Anak yang jadi tanpa ada perasaan apapun." Tambah Nara penuh penekanan.

Leo mengangguk paham akan perasaan Nara, "Sejauh apapun seorang ayah dan anak dipisahkan, Tuhan pasti akan mempertemukan. Tidak peduli anaknya tau atau tidak rupa ayahnya. Tidak peduli pula, setuju atau tidaknya kamu. Dia tetap anak kandung aku. Darah daging aku, Nara."

Tatapan mata Leo berubah sendu ke perut Nara.

"Tanpa kamu bilang ke dia, ayah kandung dan ayah angkat. Dia pasti tau perbedaanya. Dan tanpa kamu paksa, dia akan memberikan rasa sayangnya sesuai rasa yang diberikan oleh ayah kandung dan ayah angkatnya."

Leo tersenyum miris untuk dirinya sendiri yang tidak becus menjadi seorang lelaki.

"Saya kecewa terhadap diri saya sendiri yang tidak cepat-cepat bertanggungjawab ke kamu. Dan saya marah ke diri saya sendiri karena tidak bisa menjadi sosok calon ayah yang baik buat anak saya sendiri."

"Saya minta maaf telah menjadikan kamu sosok ibu muda yang tidak pernah kamu bayangkan. Saya minta maaf sebesar-besarnya nya, Nara."

Nara hanya diam. Melipat tangan di depan dada seraya membuang tatapannya ke arah lain.

Tidak peduli.

"Saya minta tolong, rawat dan sayangi dia sepenuh hati. Meskipun dia datang bukan karena keinginan dan hasil buah kamu dengan cowok yang kamu cintai. Tapi, dia tetap anak kamu, anak kandung kamu, Nara."

"Tanpa kamu kasih tau, aku sudah tau." Ketus Nara.

Leo tersenyum lembut. Tapi tak ada beberapa detik, hantaman datang dari samping.

Bugh!

Bugh!

"Bangsat! Anjing! Gw gak akan pernah kasih Nara sama anaknya ke lo!"

.....

sabar Nicko.. sabar..

VOTE SAMA KOMENNYA KENCENGIN YGY!!

H A P P I N E S STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang