H A P P I N E S S • 0.4

10.1K 358 34
                                    

Seorang perempuan duduk termenung di teras saat matahari mulai terbenam.

Lagi-lagi termenung memikirkan banyaknya kejadian sampai membuatnya berada di titik ini.

Titik dimana menjadi istri dari lelaki yang seharusnya tidak bertanggungjawab untuk kesalahan yang tidak dilakukan.

Huft!

Tarik nafas lalu buang perlahan-lahan.

"Halo, kamu dimana?"

"Temen."

Nara mengangguk. Seperti biasa, setelah pulang kerja Nicko akan ke rumah teman terlebihi dulu lalu ke rumah.

"Bisa minta tolong? Beliin aku roti bakar." Pintanya pelan.

Disana Nicko berdecak, "Ada roti ya bikin lah! Hemat!"

Bibir itu digigit, "Aku pengen banget. Mau ya? Nanti aku ganti deh duitnya."

"Cih! Lo kira duit lo dari siapa? Ayah kandung anak lo? Bukan kan?" Tangan Nicko mendadak terkepal kuat jika menyangkut ayah dari janin itu.

Cih!

Otomatis Nara mengangguk.

"Mending lo diem di rumah nggak usah kemana-mana. Roti masih ada, buat sesuai kemauan lo."

Terpaksa Nara mengangguk meskipun ingin sekali memakan roti bakar.

"Kamu udah makan?"

"Udah. Mendingan ingetin diri lo sendiri daripada ingetin gw." Tukas Nicko.

Tajam. Namun Nara mengerti jika Nicko lelah setelah bekerja seharian.

"Aku udah makan sama minum vitamin tadi. Oh ya, besok jadwal cek kandungan."

Nicko menghirup oksigen banyak-banyak kemudian dibuang kasar.

"Gw tetep gak bisa sekalipun lo memohon di atas ranjang."

Tidak tetep tidak.

"Gw bakal kasih lo duit, tapi urus dia sendiri."

Kalo ada yang tanya, apa bagian paling tajam dari segala ucapan Nicko? Membahas tentang anak yang disebut dia oleh Nicko.

"Anterin aku aja ke klinik." Nara sudah tau jawaban dari permintaannya, tapi cewek itu tetep berusaha supaya suaminya menuruti keinginanya.

Nicko terkekeh, "Nara denger gw. Gw nggak mau dan nggak akan pernah mau anterin atau liat hasil usg anak lo itu. Harus berapa kali gw bilang ke lo? Kalo dokter tanya, kemana suaminya? Lo bilang lah, kerja atau lebih baiknya lari dari tanggungjawab. That's it!"

Pandangan Nara jatuh ke perut buncit terbalut daster.

"Kamu nggak suka banget ya sama dia?" Terdengar parau di telinga Nicko, tetapi tak ada reaksi apapun dari cowok itu.

"Nggak. Soalnya itu hasil lo sama dia, bukan gw."

Mulai terdengar isak tangis yang membuat risih telinga Nicko.

"Apa aku gugurin aja ya?"

Nicko menggeleng ribut, "Jangan."

"Kenapa? Kamu nggak suka sama dia kan?"

"Maksud gw jangan kotorin tangan lo. Itu biar tugas gw."

...

100 vote? sabi gk?
komen yg byk donhhh!!!

H A P P I N E S STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang