H A P P I N E S S - 1.0

7.7K 234 8
                                    

Nicko menggeram pelan ketika merasakan hembusan nafas di depan dada bidangnya.

Pemilik bulu mata sedikit lentik itu, membuka matanya perlahan untuk melihat siapa pelaku yang berani memeluknya.

Ah! Dia.

Cewek yang Nicko benci.

Cowok itu segera melepas tangan yang memeluk tubuhnya.

Tidak ada waktu untuk memandangi wajah cewek yang mengandung anak lelaki lain. Lebih tepatnya tidak sudi memandangi wajah yang sialnya cantik itu.

Matanya turun ke perut yang lambat laun membesar seiring berjalannya waktu.

Terdiam dan memikirkan banyak cara untuk memisahkan anak yang masih ada dikandungan dari ibunya.

Katakanlah Nicko jahat. Tapi apa boleh buat jika cowok itu sangat membenci ayah dari anak yang dikandung oleh Nara yang notabe istrinya.

Bajingan bukan?

Siapa? Nara atau ayah sang anak?

Dua-duanya.

"Nicko kamu udah bangun?"

Nicko bangkit tanpa membalas ucapan Nara.

Sedangkan Nara menggigit bibir sambil mengusap perutnya. Menggumamkan kalimat baik untuk sang anak yang mungkin sebelumnya menangkap kalimat dari Nicko.

Lalu beranjak dari kamar. Menyapa mentari pagi terlebih dahulu sebelum membersihkan tubuhnya.

Nicko yang baru keluar dari kamar mandi, menatap sejenak punggung yang pemiliknya sedang duduk di teras.

Kemudian ke kamar, bersiap-siap menemui seseorang.

"Kamu mau aku masakin apa?" Tanya Nara ke suaminya yang bersiap ingin pergi.

Nicko menggeleng pelan. Bibirnya masih terkatup.

"Kamu belum makan. Makan dulu sebelum pergi ya. Aku masakin telur mau?" Tawarnya yang kembali mendapat gelengan Nicko.

Akan tetapi Nara tidak menurutinya. Cewek itu ke dapur dan memasak telur buat Nicko. Meskipun nanti cowok itu tidak memakannya.

"Makan dulu ya. Isi perut sebelum pergi."

"Gw bisa makan di luar." Jelas Nicko sebelum meninggalkan Nara sendirian di rumah.

Nara mendesah pelan. Duduk dan mengusap perutnya lembut. Menatap perutnya lamat dan menggumamkan kalimat, "Maaf."

Kalimat itu bukan untuk sang anak, melainkan untuk suaminya yang terus menjauh dari jangkauannya.

Terus bertemu dan satu atap, tidak menjamin sosok yang dicintainya mendekat, meskipun menggumamkan kata maaf.

Di setiap tetesan air matanya, Nara berharap pada Tuhan bisa merubah sikap Nicko balik seperti semula yang terus menatapnya penuh sayang, meskipun Nara tau jika itu tidak akan mungkin kembali. 

Tatapan hangat dan penuh kasih sayang. Senyuman hangat serta usapan lembut di rambut dan pipinya. Suara tawa yang mampu menggetarkan hati Nara.

Cewek itu ingin sekali jika itu hadir kembali di tengah dirinya dan Nicko yang sudah menjadi sepasang suami istri.

"Aku minta maaf, Nicko."

"Aku minta maaf udah kecewain kamu." Satu kalimat yang tanpa sadar tidak pernah Nara ucapkan ke Nicko yang hati dan kepercayaannya telah di rusak oleh cewek itu.

....

maaf yak! aku lambat apdet!! HEHEW!

thanks yg udah setia menungguuuu!!!!

H A P P I N E S STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang