H A P P I N E S S • 1.2

6.3K 235 61
                                    

Ditemani? Tidak. Hanya diantar sampai luar dan itu pun Nicko menunggu dimotornya. Tidak masuk ke supermarket seperti diharapkan oleh Nara.

Tapi Nara tidak masalah. Selama Nicko mau melakukannya, Nara gak papa.

Karena kehadiran Nicko di setiap aksinya membuatnya tambah semangat menjalani hidup yang terkadang kacau balau.

"Aku udah selesai. Tadi kamu nitip rokok kan? Tapi rokoknya habis kata mas-mas nya." Jelasnya perihal permintaan Nicko yang keberadaannya tidak ada.

Nicko berdehem. Mengintruksi Nara naik ke motor menggunakan dagunya.

Bokongnya diduduki menyamping di jok belakang. Satu tangannya melingkar dipinggang Nicko dan satu tangannya lagi memegang perutnya.

Sedangkan belanjaannya berada di depan motor.

"Terus mau beli dimana? Di toko deket pasar?"

"Jauh?" Tanya Nicko melirik Nara melalui kaca spion.

Nara menggeleng. Mengeratkan pegangannya saat mendengar kencang suara motor melewati motor Nicko.

"Gak sih. Lumayan deket. Kamu mau gak? Aku sekalian mau beli bahan kue buat besok."

Nicko mengangguk sembari menjalankan santai motornya di sore hari.

"Kamu tunggu disini ya."

Tidak jauh balasan Nicko selain deheman atau anggukan.

Tetapi baru beberapa detik Nara berdiri diantara pembeli, Nicko menyalip posisi ibu-ibu. Lalu memutuskan berdiri dibelakang Nara yang melihatnya terkejut dan bingung.

"Kenapa gak tunggu di motor? Belanjaannya gimana?" Nicko menaikan kedua tangannya. Menjawab atas pertanyaan istrinya.

"Kamu ngapain disini? Kan motornya gak diparkir."

Cowok berjaket itu menaiki kedua bahunya acuh.

Menatap sekitarnya yang penuh dengan ibu-ibu membeli bahan pokok rumah tangga.

Mata tajamnya terjatuh ke beberapa manusia yang memandangi perempuan di dekatnya.

Setia menatap gerak-gerik sosok itu sampai kepala itu tertunduk lalu menghilang dari sana.

Sial. Berani sekali orang itu!

"Lama."

"Bentar dulu. Sabar."

Nicko berdecak menatap sang karyawan penjual yang melayani Nara.

Setelah itu mendapat apa yang Nara butuhkan, mereka keluar dari kerumunan pembeli yang lumayan menyesakan untuk Nicko.

"Bentar. Aku belum beli bahan kue."

"Nanti aja lah." Kesal Nicko karena langit mulai berganti malam.

"Ih, sekalian Nicko."

Kakinya pun terpaksa mengikuti langkah istrinya ke penjual bahan-bahan kue.

Nicko mendengus sembari menggaruk telinganya yang gatal saat mendengar keramahan Nara ke sang penjual.

"Cepetan."

Nara menoleh. Lalu buru-buru mengambil pembeliannya dan mengucapkan terimakasih.

"Kamu rempong."

"Gak tau diri lo, udah gw anterin." Sarkas Nicko menaiki motornya. Siap meninggalkan tempat ramai itu.

"Aku minta maaf udah minta kamu buat temenin aku beli bahan-bahan." Ucap Nara pelan dibelakang tubuh suaminya.

Nicko tidak menggubris.

"Pegangan bego! Kalo lo jatuh gimana?!"

Tangan Nara pun tertarik melingkar dipinggang Nicko. Menaruh kepalanya dipunggung besar cowok itu. Menikmati momen yang sulit dirasakannya selama menikah.

...


jgn lupa vote dan komennya! aku suka liat komen kalean!!

H A P P I N E S STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang