H A P P I N E S S • 2.1

6K 262 49
                                    

Brak!

"Maksud lo apa ketemuan sama ayah kandung anak lo?! Lo mau minta pertanggungjawaban?! Lo mau minta duit dari ayah nya, iya?! Semua yang gw kasih ke lo belum cukup?! Jawab Nara anjing!" Harga diri Nicko terluka melihat Nara bertemu secara diam-diam dengan Leo di taman tadi. Seperti pertanggungjawaban Nicko tidak ada artinya apapun daripada pertanggungjawaban cowok yang notabennya ayah kandung dari anak yang dikandung Nara. 

"Cukup!" Teriak Nara menggelegar di ruang tamu.

Tangan Nicko terkepal siap menghantam apapun yang berada di depannya. Bahkan urat di leher dan tangannya membuktikan jika cowok itu berusaha kuat menahan amarahnya.

"Aku sama dia gak sengaja ketemu! Dia maksa aku ke taman rumah sakit buat ngejelasin semuanya!"

"Aku sama dia nggak ada apa-apa, Nicko! Aku nggak ada perasaan sedikit pun buat dia meskipun ini anaknya!"

"Dia ingin tanggungjawab, tapi aku nggak mau! Kenapa?! Kamu! Karena tanggungjawab kamu udah lebih dari apapun! Adanya kamu di samping aku selama ini udah lebih dari cukup! Aku nggak butuh dia, aku nggak butuh duit dia. Aku cuma butuh kamu!"

Nara langsung mengatur nafasnya setelah menjelaskan secara singkat kejadian tadi.

Cewek itu tidak ingin pertemuan dirinya dan Leo, menjadi masalah panjang dan besar buat rumah tangannya.

Tetapi respon Nicko hanya decihan.

Tangannya bergerak menyisir rambutnya ke belakang, sebelum mencengkram pipi Nara.

"Kalo memang lo masih merasa kurang sama apa yang gw kasih, kejar dan ngangkang di depan cowok bajingan itu. Gw yakin, bukan cuma duit yang lo dapet, tetapi harta warisannya." Tidak peduli terhadap perasaan istrinya. Terpenting dirinya puas mengucapkan kalimat menusuk di depan wajah Nara langsung.

Punggung Nicko menempel ke dinding setelah melepaskan cengkraman di pipi lembut itu. Lalu menyunggingkan senyuman sinis.

"Aku nggak ada perasaan sama sekali ke dia, Nicko. Harus aku bilang berapa kali ke kamu?"

"Gw perlu bukti, bukan ucapan omong kosong." Tekan Nicko.

"Kalo lo kurang sama gw, lari ke dia. Gw gak bakal rugi. Lagi pula itu anak dia, bukan anak gw. Jadi gw nggak perlu kerja keras-keras buat ngebesarin anak dari cowok sialan itu."

Sungguh, Nicko benci kebohongan dan omong kosong. Tetapi sialnya, Nara memiliki dua kebenciannya.

Hah! Nicko menghela kasar. Melumas bibir keringnya.

"Aku minta maaf buat kamu kecewa." Ujar Nara yang suaranya terdengar seperti cicitan tikus.

Tawa pelan terdengar, "Muak gw denger permintaan maaf sialan lo, Ra."

Ah, telinga Nicko capek mendengar ucapan itu.

"Terserah lo mau ngapain. Mau selingkuh lagi atau nggak, gw gak peduli. Terpenting gw udah berusaha buat lo nggak jadi gunjingan orang lain." Menatap sinis perut besar itu.

Hah! Sialan.

Anak Leo anjing. Hasil main sekali langsung jadi. Benih Nicko tersingkirkan oleh bibit Leo.

"Semuanya juga udah tau kalo itu anak Leo. Jadi, kalo lo memang mau sama dia, silakan. Soalnya gw mau cari yang baru dan masih rapet."

.....

pilihan Nicko kayaknya tepat buat cari yg baru wkwk..

H A P P I N E S STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang