"Mau kemana lo?!" Untung saja Nara tidak punya penyakit jantung. Jadi, kagetnya masih wajar dan terkontrol.
"Mau kemana gw tanya? Pake lipstik segala." Kesal Nicko yang pertanyaannya tidak dijawab cepat oleh sang istri yang duduk di depan meja rias.
Cewek terbalut dress bermotif, menghela pelan. Kemudian mengecap pelan kedua belah bibirnya agar warnanya menyatu.
"Aku izin keluar ya. Jalan-jalan." Sambil menaruh lipstik di tas yang akan dibawanya nanti.
"Sama siapa?" Tanya Nicko bersandar ke ambang pintu. Adiksinya naik turun menatap Nara dari atas sampai bawah.
Nara bangkit, "Sendiri." Kedua tangannya menyisir rambut yang telah dicatok.
"Gak! Lo gak liat tuh perut?! Lo mau nyusahin orang, huh?!"
Bibir bawah Nara cemberut. "Aku mohon sekali saja. Nonton bioskop doang." Mendekati dan memegang tangan Nicko. Memohon agar permintaannya dikabulkan.
"Bibir lo merah banget sih?!" Kesal Nicko. Saat matanya jatuh terus ke bibir merah merona yang membuat tangannya gatel ingin segera menyentuh belah bibir Nara.
"Emang? Tapi tadi aku pakainya gak merah banget."
Nicko mendengus sebal, "Awas, gw mau ambil baju."
"Kamu mau kemana?"
"Lo pikir lah!"
Ck! Semenjak hamil, Nara semakin aneh. Kadang nangis, manja, nyebelin, dan ngajak ribut. Tapi yang Nicko suka, Nara menggodanya. Meminta sesuatu yang sudah menjadi kebutuhan buat Nicko dan Nara.
"Gak usah pakai kacamata!"
"Kenapa? Jelek?"
"Ganteng banget! Jadi, jangan pakai kacamata!"
Nicko malah menyisir asal rambutnya, sehingga menambah aura tampan di depan sang istri.
"Aku nggak mau kamu pakai kacamata!"
"Kenapa emang? Bisa buat lo basah?"
"Nicko!"
Oh God! Nicko rindu akan teriakan kesal Nara yang memanggil namanya.
Nicko tertawa pelan sambil menarik tubuh Nara agar menempel ke tubuhnya.
"Ayo ke bioskop." Ajak Nara sebelum ada aksi yang menunda keinginannya.
Nicko pun melepaskan Nara. Membiarkan cewek itu keluar kamar.
"Kamu gak pakai helm?"
"Gak pakai motor."
Alis Nara terangkat melihat motor dimasukan ke ruang depan.
"Terus? Jalan kaki?"
"Gw juga ogah jalan kaki!"
Nara bisa menghela nafas lega saat bayangan buruk meluap digantikan senyuman.
"Terus naik apa? Angkot?"
Ide Nara boleh juga, "Busway aja." Really? Padahal Nara hanya bertanya. Tidak bermaksud untuk diseriuskan mengingat kandungannya.
"Kamu serius?"
Mereka berdua mulai berjalan keluar dari gang rumah.
Nicko mengangguk, "Emang muka gw bohong?"
Tidak sih, tapi Nara ragu dengan transportasi umum yang akan membawanya nanti.
"Pake taxi aja." Mungkin itu yang akan dipakai Nara jika cewek itu pergi sendiri.
"Ngirit! Gaji gw bukan diatas lima juta."
Okay, Nara pun menurut jika tidak mengingat bahan sembako naik dan biaya untuk kelahirannya nanti.
"Lo bisa kan?"
Nara menggigit bibirnya ragu seraya mengangguk samar.
Kemudian mereka berdua naik busway yang mengarah ke mall terdekat.
"Pelan-pelan Pak, ada Ibu hamil." Peringat penumpang cowok yang tak jauh dari supir.
Bokong Nara pun duduk di kursi yang dikhususkan untuk perempuan.
Tangannya mulai mengusap perut kerasnya. Berbicara bersama anaknya lewat batin.
Citt!
"Awh!"
"Pelan-pelan dong Pak!" Kesal beberapa penumpang perempuan.
"Gak papa, Mba?" Tanya perempuan yang menatap khawatir perut Nara.
Nara mengangguk seraya mengatur nafasnya, "Gak papa kok, Mba."
Sedangkan Nicko hanya berdiri di dekat pintu. Memperhatikan pergerakan Nara sampai busway berhenti ditempat tujuan.
"Jagain ya Mas istrinya."
"Bukan istri saya, Mba. Dia Kakak ipar saya."
....
yg sabar ya Naraa..
Nicko suka gitu oranganya..
KAMU SEDANG MEMBACA
H A P P I N E S S
Romance"Aku mau gugurin dia." "Jangan." "Kenapa? Katanya kamu gak suka." "Maksud gw jangan kotorin tangan lo. Itu biar tugas gw aja." © narrberry_ , Jan 2023