Mahen ku

167 4 2
                                    

setelah mengambil motor ayahku mahen dan aku pergi keluar. tenang saja ayah ku tidak di rumah jadi aku bisa pergi menggunakan motor ayah ku dengan mahen tentunya.

kami melewati jalan jalan di bandung yang aku sudah tidak ingat. intinya aku senang sekali saat itu.

keluar bersama jalan jalan dengan mahen dan beberapa teman nya.

"Mau makan?" Tanya mahen. dia sepertinya memang tau kalau aku memang belum makan.

"mau" jawab ku.

"dimana?" Tanya nya.

"terserah" jawab ku. aku cewe jadi kalo di tanya ya jawab terserah dong wkwk.

mahen tidak menjawab lagi dia hanya fokus melajukan motornya menuju suatu tempat yang ku tidak tau kemana karena aku bilang terserah tadi.

di perempatan mahen belok ke arah kanan lalu lurus terus hingga akhirnya berhenti di sebuah warung makan yang bertuliskan 'warmindo'.

kami berlima masuk ke warung itu dan mahen menuju ke salah satu pemuda yang sedang duduk makan di situ.

"wih apa kabar?" Tanya pemuda itu lalu mereka saling menyilangkan tangan nya.

"sehat. dian gimana?" Tanya mahen.

"aman" jawab pemuda itu.

"asekk" ucap  mahen mereka saling cengengesan dan akhirnya mahen sadar kalau dia sedang membawa aku sekarang.

lalu kami berdua duduk di kursi paling depan dekat etalase tempat untuk menaruh mie instan.

"maaf gak bisa bawa kamu ke tempat tempat yang mewah" ucap mahen lirih seperti orang yang melakukan kesalahan yang sangat besar.

"siapa yang mau ke tempat mewah hen. disini lebih enak" ucap ku dengan senyuman.

"liat hen ada wifi ya hihi" ucap ku menunjuk tulisan 'free wifi. mahen pun ketawa.

aku tau mahen sebenar nya mampu membawa ku ke tempat makan yang lebih mewah dari hanya sekedar warmindo pinggir jalan. tapi aku tau kehidupan mahen.

mahen hanya anak brandalan yang sukanya ugal ugalan di jalan dan suka tawuran. mungkin dia ingin memperkenalkan aku seperti apa kehidupannya.

mahen memesan mie nyemek khas warmindo mahen sempat bertanya pada ku ingin pesan apa tapi lagi lagi aku jawab terserah.

"kenapa gak sekolah" Tanya mahen.

"pasti mau gantian sama aku. biasa nya kan aku yang bolos sekarang kamu" ucap mahen dengan tawa.

aku berdiam sejenak. berpikir apakah aku harus mengatakan nya pada mahen? tapi mahen sepertinya tidak akan bilang ke siapa siapa untuk apa juga?.

"orang tua ku cerai" ucap ku lirih.

"ibu ku pergi dari rumah tadi" lanjut ku

"ohh" jawab mahen.

"kamu pasti ikut ayahmu?" Tanya mahen.

"iya. kok tau?" jawab ku sambil mengerutkan dahi.

"ya kalau ikut ibu mu pasti kamu gak disini lahh. kan ibu mu pergi" ucap mahen aku pun tertawa.

"he he iya ya"

"harus nya kamu ikut ibu mu" lanjut mahen.

"kenapa?. nanti ga bisa ketemu kamu dong kan ibu ku pergi" Tanya ku di iringi tawa.

"biar sama sama ikut ibu" ucap mahen serius.

"orang tua mu juga cerai?" Tanya ku.

"iya. ibu ku nikah lagi tapi" jawab mahen.

"ohh" aku mengangguk.

"kira kira percintaan kita akan gagal kayak orang tua kita ga ya" ucap mahen. kali ini nada bicara nya mulai serius.

"maksud mu?" Tanya ku karena kurang paham.

"percintaan orang tua kita aja gagal gimana kalo kita juga?. kita kan anak nya" jawab mahen.

"aku gak tau"

"na jangan nangis ya" ucap mahen.

"karena?"

"nanti bantal mu basah. kasur nya juga" lanjutnya sambil tertawa.

"kirain kenapa" jawab ku.

"tapi inget ya kalo kamu nangis percaya gak percaya ke esokan hari nya aku bakal dateng buat jadi pelangi"
ucap nya bangga.

"tadi kata nya jangan nangis"

"yaudah deh nangis aja"

mahen itu tidak sekedar manusia pemimpin genk motor di bandung tapi dia lebih dari itu.

dia manusia yang sempurna,dia seru dan tidak monoton.

aku senang bertemu dengan nya,setidaknya bisa membantu ku melupakan kejadian yang menimpa keluarga ku.

Marvelluna [tahap revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang