24. Hope.

845 79 19
                                    

Happy reading!!

"Morning Ryn"

Pintu ruangan Auryn baru saja dibuka, menampakkan sosok Jezyan yang datang membawa makanan ditangannya. Serta senyuman manis yang tidak pernah luntur dari bibirnya.

Auryn ikut tersenyum, mengayunkan tangannya seakan memberi kode agar Jezyan duduk disampingnya. Oh iya, pagi ini adalah jadwal kemoterapi pertama Auryn dan ia sudah mengikuti peraturan yang diberitahu perawat semalam, dibantu Jezyan juga tentunya.

Auryn bahkan berjanji pada dirinya sendiri untuk berjuang agar bisa sembuh dan menemani Jezyan lebih lama lagi. Jadi sedih rasanya mengingat penyakit yang dideritanya bukan penyakit yang bisa disepelekan.

"Auryn.."

"Iya?"

Jezyan tersenyum, meraih tangan gadis itu dan mengecup punggung tangannya "Nanti kalau udah mendingan, aku bawa kamu ke bali boleh kan?" Tanya nya.

Auryn mengernyit "Bali?".

"Iya.. aku pengen liat sunset disana, pegawai kantor aku ada perjalanan dinas kesana dan dia bagiin foto fotonya ke grup.. cantik banget Ryn sumpah deh"

Auryn tersenyum tipis, menatap lamat Jezyan yang sangat antusias membahas perihal sunset. Jujur saja ia pun sama semangatnya melihat langsung sunset secantik itu.

"Boleh.." balasnya pelan, bagaikan mendengar kabar baik, Jezyan tak bisa menahan rasa bahagianya hanya karena 1 kata balasan dari Auryn.

Auryn hanya tidak tahu saja, sebenarnya hal itu termasuk dalam misi Jezyan menyelesaikan list keinginan Auryn sendiri. Dibantu sahabat sahabatnya, akhirnya Jeyzan tahu bagaimana cara romantis menyempurnakan keinginan hati seorang Auryna Floretta.

"Oh iya Jez"

"Iya, kenapa?"

"Kerjaan kamu gimana?"

Jezyan mengusap puncak kepala gadisnya "Semuanya aman kok, aku kan masih kekantor setiap harinya. Pulang kantor baru kesini jagain kamu" jawabnya jujur, karena begitulah kenyataannya.

Auryn tersnyum puas mendengarnya, hari ini juga akan menjadi pertama kalinya ia akan menemani perempuan itu menjalani kemoterapi, semoga saja semuanya lancar. Hanya itu doa Jezyan.

"Pagi"

Pintu ruangan itu terbuka, menampakkan sosok Raka si dokter muda yang notabennya adalah mantan kekasih Auryn sendiri. Senyuman itu masih sama manisnya namun tak lagi memiliki arti apa apa dimata Auryn. Jezyan jauh lebih baik dibanding si dokter muda itu.

"Sudah siap?"

Auryn mengangguk, ia menarik tangan Jezyan dan merematnya. Sontak lelaki itu membalasnya dengan usapan hangat ditangan nya "Pasti lancar.. yakin ya?" Ujar Jezyan yang langsung dibalas anggukan dari Auryn.

Jezyan hendak mengikuti para perawat yang membawa Auryn masuk ke dalam ruangan kemo, namun tangannya dicegat oleh oknum bernama Raka. Lelaki itu lantas segera menoleh, dia menepis tangan Raka.

"Kenapa?"

"Gue cuma ngingetin lo, untuk jangan terlalu ngasih beban pikiran berat ke Auryn.."

Jezyan mengangguk paham, sebenci bagaimana pun ia pada Raka. Mau tak mau ia harus mendengarkan semuanya karena laki laki didepannya ini adalah seorang dokter yang juga pasti berusaha untuk tetap profesional dalam bekerja.

"...Gue bakal berusaha yang terbaik Jez, gimana pun hubungan gue sama Auryn dulu sepertinya untuk sekarang udah bukan waktunya kita bahas itu. Gue tau kok dari awal Auryn gak pernah 100 persen yakin ngejalanin hubungan sama gue, karena dia lebih dulu suka sama lo.. dia rela ninggalin gue malem malem dan dia sampai pulang sendirian karena dapat telfon dari lo.."

Paper HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang