15. No, please

1.7K 265 38
                                    

Happy reading!!


Jezyan melenguh pelan, kepalanya terasa berat. Ia meraba sekitarnya, matanya terbuka sempurna ketika merasa tak ada Auryn disana "Anjing" umpatnya.

"Auryn"

Jantungnya mulai berdetak lebih cepat, matanya menyusuri seisi ruangan itu. Dengan nyawa yang belum terkumpul penuh ia membuka lemari baju milik Auryn dan tidak ada apapun disana.

"Please jangan tinggalin gue"

Lelaki yang masih dengan keadaan telanjang itu hanya bisa memukul kepalanya sendiri sembari terus menyesali perbuatannya beberapa jam yang lalu. Meniduri Auryn secara paksa sampai tidak menghiraukan teriakan gadis itu untuk ia berhentik melakukannya, tetapi dengan rasa egois yang sudah menyelimuti dirinya Jezyan tidak peduli apapun.

"Fuck" umpatnya lagi.

Melihat sekelilingnya, Jezyan akhirnya perlahan bangkit dan memegang sekitarnya untuk ia jadikan tumpuan karena jujur saja kepalanya sedikit pusing karena terlalu lama menghabiskan waktu dikasur dan tidur dengan waktu yang cukup lama.

Jezyan melirik jam dinding yang terpampang di kamar tidur Auryn "Jam 8 malam?" Tanya nya.

Seingatnya terakhir kali ia bersama Auryn sekitar jam 4 sore, lelaki itu mulai berusaha mengingat apa saja yang sudah ia lakukan selama hampir 4 jam terakhir.

"Gue ketemu Auryn... gue angkat dia ke kasur, nidurin dia sekitar sejam labih dikit kayaknya. Terus gue ketiduran dan gue inget jelas dia juga ikut tidur disamping gue tadi..."

"....itu artinya gue tidur sekitar 2 jam lebih, Auryn bisa aja perginya belum lama"

Jezyan mengulum bibirnya, mengedarkan pandangannya pada seisi apartemen Auryn yang sudah sangat sepi dan kosong. Hanya ada barang barang saja, tetapi tidak ada kehidupan disana.

"Apart aja udah kayak rumah angker gini gak ditempatin sama Auryn.. gimana hati gue yang ditinggal gak ada kejelasan" ucapnya frustasi.

Dengan langkah gontai akhir nya cowo yang berpenampilan acak acakan itu keluar dari apartemen milik Auryn. Matanya terhenti saat mihat sebuah kertas kecil yang ditempel tepat didepan pintu masuk.

"Apanih, alamat Auryn kali ya" senyumnya sudah mengembang lebar lalu sedikit berlari ia akhirnya menarik kertas itu.

'Jangan lupa dikunci, nanti pemiliknya datang lo tolong kasihin ke dia'

Refleks Jezyan mengerutkan keningnya tak suka "Nasib nasib" ucapnya sedikit memelankan suaranya.

-----

"Kenapa lo? Udah kayak mayat hidup aja"

"Jez lo gak gila kan?"

Jezyan tidak memperdulikan sahutan sahutan dari kedua sahabatnya, ia memilih melengos masuk kedalam rumah Navan dengan raut wajah yang ditekuk dan langkah yang benar benar seperti mayat hidup.

Navan mendekati temannya itu, menepuk pelan bahu yang terlihat kokoh namun sebenarnya sedang rapuh "Kenapa anjing, diem doang tipes lo?" Tanya Navan tak santai.

Lelaki yang baru saja mendapat pertanyaan itu hanya berdecak malas dan menepis tangan Navan dengan kasar "Ck minggir gue mau tidur" balasnya.

"Lah"

Reyhan yang juga ada disana hanya bisa diam melirik temannya yang satu itu, dilihat dari gerak geriknya sepertinya Jezyan sedang mengalami masalah lagi. Raut wajah serta sikap yang tidak mengenakan membuat nya mudah menebak apa yang sedang terjadi pada temannya.

Paper HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang