"Ehh orang Jakarta. Ayo masuk." Sambut Elis hangat.
"Iya." Angguk Risma.
"Apa kabarnya, Teh?"
"Alhamdulillah baik."
"Ini A Arlan? Duh meni ganteng pisan gini (ganteng sekali)." Puji Elis saat melihat Arlan yang berdiri di belakang Risma.
"Bibi bisa aja." Arlan salah tingkah dipuji berlebihan seperti itu.
"Ayo duduk. Maaf berantakan." Elis tidak enak hati ada tamu jauh tapi kondisi rumah sangat berantakan.
"Nggak apa-apa."
"Teh..." Sapa seorang laki-laki dari arah dalam rumah.
"Sehat, Jang?" Tanya Risma akrab. Ujang, Adik mendiang Hidayat itu pun duduk di hadapan Risma juga Arlan.
"Alhamdulillah. Jam berapa dari Jakarta?"
"Tadi subuh. Cuma mampir dulu ke rumah adeknya Teteh di Sukabumi. Baru ke sini tadi sore, keasyikan ngobrol di sana." Cerita Risma. Ujang dan Elis manggut-manggut.
"Cha... Icha...." Panggil Elis, istri Ujang. "Ke mana anak teh?" Gerutunya. "Sebentar ya, Teh. Elis siapin dulu kamar buat Teteh sama..."
"Nggak usah, Lis." Potong Risma cepat.
"Kenapa?" Elis tampak kecewa dengan penolakan Risma.
"Kebetulan kita udah booking hotel kemarin. Jadi kita nginep di hotel." Jelas Risma.
"Kenapa bukan di sini?" Tanya Ujang.
"Takut ngerepotin." Jawab Risma dengan senyuman simpul.
"Masa sama Teteh, kita ngerasa direpotin ya." Timpal Elis.
"Iya." Angguk Ujang membenarkan ucapan istrinya.
"Nggak apa-apa, udah tanggung. Sayang, nggak bisa dibatalin juga." Ujar Risma.
"Assalamu'alaikum." Salam seseorang yang baru datang.
"Waa'alaikumsalam." Sahut mereka berempat serempak.
"Nah ini ternyata anaknya." Elis lega akhirnya Icha yang ternyata memang sedang tidak berada di rumah itu akhirnya muncul. "Salim ke Ua Risma sama A Arlan." Titah Elis. Meski canggung, Icha pun menyalami Risma juga Arlan. Setelah itu ia langsung pamit masuk ke dalam.
Selama Risma beramah tamah pada seluruh keluarga besar mendiang suaminya. Arlan memilih duduk di teras rumah Mang Ujang sembari stalking status kontak di ponselnya.
Setelah puas stalking, ia kembali membaca secara rinci artikel mengenai pernikahan sepupu.
"Boleh kan ya? Bukan mahram jadi halal dinikahi. Jadi bisa dong." Lirih Arlan.
"Bisa kok sepupu mah nikah." Tepuk Ujang.
"Ehh Mang..." Arlan gelagapan seolah sedang tertangkap basah melakukan hal yang konyol.
"Bukan mahram jadi bisa dinikahi. Kamu udah siap?" Tanya Ujang sembari menatap lekat Arlan.
"Insyaallah." Jawab Arlan malu-malu. Ujang tersenyum lebar.
***
"A...." Lirih Risma saat mereka sedang berjalan di lorong menuju kamar hotel tempat mereka menginap.
"Iya."
"Soal pembicaraan kita tadi sore. Jadinya gimana?"
"Gimana maksudnya, Ma?"
"Ya kan tadinya Mama niat jodohin kamu sama salah satu sepupu kamu. Tapi kamu bilang udah ada calon. Tapi kata Mang Ujang kamu siap nikahi sepupu. Mama jadi pusing sebenarnya kamu ini gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Sepupu
RomanceMenikahi Sepupu?! Beneran emang bisa? Gokil nggak sih?! Ceritanya ada di sini 🙂 Hanya untuk hiburan semata, don't baper please 🙏🏻 Happy Reading ❤️