MS - 19

1.3K 44 7
                                    

"Euleuh ini gimana?" Risma serba salah. Hari beranjak sore tapi pintu kamar Nesa masih tertutup rapat.

"Ketokin aja, Teh." Saran Ita.

"Nggak apa-apa kali ya?"

"Iya, nggak apa-apa." Angguk Ita.

"A..." Risma mulai mengetuk pintu.

Arlan menggeliat begitu juga Nesa.

"A, udah sore." Risma kembali mengetuk pintu.

"Iya." Sahut Arlan tanpa merubah posisi.

"A...." Ketukan ketiga kalinya Risma.

"Iya, Ma. Bentar." Arlan dan Nesa pun bangkit.

Arlan lalu meraih ponsel dari atas nakas. Membuka kunci layar dan ia mengusap wajah saat mengetahui jam berapa saat ini. Arlan bergegas membuka pintu sebelum Risma kembali mengetuknya.

"Pulang yuk. Udah sore." Ajak Risma saat Arlan membuka pintu.

"Ayo. Tapi Arlan mandi dulu, boleh?"

"Boleh." Sahut Risma sembari tersenyum simpul.

"Ya udah sebentar." Arlan lalu bergegas mandi. Risma menyikut Ita. Wajahnya berbinar melihat Arlan tampak bahagia.

"Nes, aku ke Jakarta dulu ya?!" Pamit Arlan setelah selesai mandi dan berganti pakaian.

"Iya. Hati-hati. Kurangin rok...." Kalimat Nesa terhenti karena Arlan menyodorkan beberapa lembar uang pecahan seratus ribu pada Nesa. Dahi Nesa berkerut.

"Ambil." Titah Arlan.

"Buat?"

"Isi dompet kamu." Jawab Arlan enteng.

"Hah?!"

"Aku simpen sini ya. Kalau ada apa-apa bilang. Jaga diri baik-baik. Jaga kepercayaan aku juga." Ujar Arlan sembari mengelus kepala Nesa lalu mengecup bibir Nesa sekilas. Nesa membatu. Arlan pun melenggang keluar kamar.

"Bu, pamit. Titip Nesa ya, Bu." Ujar Arlan pada Ita.

"Iya, ibu jagain."

"Nes, mama pulang dulu." Pamit Risma pada Nesa yang baru saja keluar kamar.

"Iya, Ma." Angguk Nesa sembari menyalami Risma.

"Ta, ayo ahh...." Risma mengajak Ita berpelukan, hangat.

"Hati-hati, Teh."

"Iya." Angguk Risma mantap.

Nesa dan Ita pun mengantar mereka sampai pagar depan. Arlan sebenarnya berat meninggalkan Nesa begitu saja. Tapi ia harus bekerja terlebih kini ia memiliki tanggungan. Ia pun tidak bisa serta merta memboyong Nesa ke Jakarta. Nesa hampir lulus, sayang jika Nesa harus pindah. Begitu pikirannya.

"Kenapa?" Sikut Risma saat mobil yang dikendarai Udung mulai masuk tol Bocimi.

"Hah?!" Arlan terperangah.

"Sabar, cuma lima hari. Jumat atau Sabtu nanti juga bisa ketemu lagi." Goda Risma.

"Hehehe Mama." Arlan nyengir.

***

"Ma...." Sultan menghampiri Weni yang tengah bersantai di teras samping rumahnya.

"Kamu."

"Ikut yuk?!" Ajak Sultan.

"Ke mana?"

"Kenalan sama calon mantu plus besan."

"Hah?"

"Ayo...."

"Khitbah?"

"Kenalan dulu aja."

Menikahi SepupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang