MS - 8

1.3K 43 2
                                    

"Ini kok masih pada ditutup gini?" Ujar Risma sembari berkeliling rumah. Di mana seluruh pintu masih tertutup rapat.

"Kan kuncinya dipegang A Arlan, Bu." Sahut Mang Udung.

"Ckckck...." Risma berdecak. "Emang Arlan belum bangun, Bi?"

"Belum." Jawab Bi Munah yang tidak lain istri Udung.

"Tumben." Kening Risma mengernyit. "Bangunin, Bi. Suruh sarapan." Titahnya kemudian.

"Iya, Bu."

Risma lantas beranjak ke ruang makan. Nesa dan Ita pun tidak lama menghampiri Risma. Risma segera mempersilakan keduanya untuk duduk.

"Bu.... A Arlan." Munah menghampiri dengan tergopoh-gopoh.

"Kenapa?"

"Nggak dibuka-buka pintunya." Adu Munah.

"Masya Allah. Ada-ada aja." Risma bangkit sembari geleng-geleng kepala.

"Arlan.... Arlan buka pintunya?!" Gedor Risma. "A....."

"Ma...." Pintu perlahan terbuka.

"Ya Allah Arlan. Kamu kenapa? Migrain lagi?" Tembak Risma saat melihat Arlan meringis kesakitan.

"Duuuh...." Arlan terus mengaduh. Kini kepala benar-benar terasa berat.

"Bi, ambilin sarapan." Titah Risma.

"Iya, Bu." Angguk Munah yang segera bergegas ke dapur. Melihat Munah tergesa seperti itu, Ita memberi kode Nesa untuk melihat Arlan di kamarnya.

"Ayo duduk. Kita sarapan, abis itu minum obat."

"Nanti, Ma. Nggak kuat, sakit."

"Arlan?!" Risma menarik nafas panjang.

"Ini, Bu." Sodor Munah.

"Ayo makan sedikit aja, isi perut biar bisa minum obat."

"Bentar lagi."

"Arlan... Ayo." Paksa Risma.

"Tan, biar Nesa yang suapin." Nesa yang semenjak tadi berdiri di ambang pintu kamar Arlan akhirnya maju dan menawarkan diri menyuapi Arlan.

"Iya." Risma mengangguk, ia lantas memberikan sepiring nasi goreng ke pada Nesa. Risma lalu menghampiri Ita dan berdiri di samping adiknya itu.

"A, makan yuk. Dikit aja." Ajak Nesa.

"Bentar, Nes." Tolak Arlan.

"Biar cepet baikan." Nesa tidak menyerah, tetap disuapinya Arlan. Meski Arlan belum siap menerima suapan.

Arlan yang kepayahan itu pun berusaha patuh. Dikunyahnya suapan Nesa perlahan.

"Udah, Nes." Pinta Arlan saat Nesa berhasil menyuapinya beberapa kali.

"Tapi baru dikit, sekali lagi ya?" Bujuk Nesa.

"Ini obatnya, Nes." Risma mendekat sembari memberikan obat yang biasa Arlan minum.

"Iya, Tan." Angguk Nesa. "A, minum obat dulu yuk?!" Nesa membuka kemasan obat tersebut sembari menyiapkan minum untuk Arlan.

Dan setelah minum obat saat Nesa hendak beranjak, Arlan menahannya.

"Jangan ke mana-mana. Temenin aku di sini." Pintanya terbata.

Nesa segera menatap Risma dan Ita. Risma dan Ita mengangguk, memberi kode agar Nesa mau menuruti keinginan Arlan untuk saat ini.

Arlan terlelap sembari memegangi tangan Nesa erat. Nesa hanya bisa bermain ponsel dengan satu tangan karena satu tangannya disandera.

"Assalamu'alaikum." Terdengar dalam dari teras depan.

Menikahi SepupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang