MS - 18

1.3K 60 4
                                    

"Assalamu'alaikum."

"Waa'alaikumsalam." Jawab Nesa sembari membuka pintu.

"Nes.... Arlan mana?" Tanya Risma.

"Di kamar, Ma." Jawab Nesa kikuk. Risma menelisik, tiba-tiba sudut bibirnya terangkat.

"Ohh..." Angguknya. "Ta, Teteh numpang tiduran bentar ya?!"

"Nggak makan dulu, Teh?"

"Bentar lagi deh. Nunggu Arlan dulu."

"Ohh iya."

Beruntung sebelum pulang mereka mampir ke penjual bakso terkenal di Sukabumi sehingga mereka tidak terlalu lapar.

"Mereka lagi ehem...ehem... Tau gitu kita nggak pulang dulu ya?!" Bisik Risma sesampainya mereka di kamar.

"Teteh tau dari mana?"

"Masa kamu nggak liat, leher Nesa penuh sama tanda cinta dari Arlan."

"Hah??"

"Hush, biarin." Risma meletakkan jari di bibirnya sembari tersenyum sumringah.

Arlan mengatur nafas. Sudah hampir di ujung tiba-tiba terganggu. Ingin ia mengumpat tapi mana boleh. Tidak lama kemudian Nesa kembali masuk kamar. Dihampirinya Arlan.

"Minum, A."

"Mama sama Ibu?" Tanya Arlan.

"Iya."

"Lagi pada ngapain mereka?"

"Di kamar. Mama pengen tidur siang bentar katanya sebelum makan siang."

"Ohh..." Arlan manggut-manggut. "Nes, mau lanjut?"

"Nggak ahh. Takut ketahuan."

"Bentar yuk, jangan berisik aja."

"Hmmmm...."

"Yuk udah tanggung, udah di ujung nih." Tarik Arlan.

"Tapi jangan lama." Bisik Nesa. Jantungnya berdebar kencang.

"Iya."

Hampir Arlan ambil posisi saat Munah mengetuk pintu kamar Nesa. Arlan mendengus untuk kedua kalinya.

"Sebentar, Bi." Ujar Nesa sembari beranjak. Ia lantas membuka pintu kamarnya.

"Ada temennya." Lirih Munah sembari menoleh sekilas ke ruang tamu. Nesa mengangguk. Ia langsung keluar kamar.

"Sultan??" Dahi Nesa mengerut.

"Nes."

"Ada apa?"

"Mau ajak kamu main ke rumah. Mama udah pengen banget ketemu kamu." Ujar Sultan.

Saat Sultan berbicara seperti itu, bertepatan dengan Arlan keluar juga dari kamar Nesa. Sultan mengerutkan dahi lalu tatapnya tertuju tajam pada Nesa. Tatap menuntut penjelasan. Ada laki-laki keluar dari kamar Nesa beberapa saat setelah Nesa keluar dari kamar tersebut untuk menemuinya. Maklum rumah Ita yang perumahan tipe 45 itu memang memungkinkan orang yang berada di ruang tamu bisa melihat jelas ke arah dua pintu kamar tidur di rumah tersebut.

"Yuk, Mama udah nunggu. Pengen ketemu calon mantunya." Ajak Sultan gamblang.

Arlan membelalakkan mata. Tangannya mengepal. Ia hendak menghampiri Nesa dan Sultan tapi ia tahu betul itu akan menimbulkan keributan besar. Ia tidak ingin membuat onar di rumah mertuanya kini. Arlan pun menuju dapur.

"Bi, buatin kopi." Titahnya pada Munah.

"Iya, A." Sahut Munah sigap. Ia sudah familiar dengan sikap Arlan yang kadang dingin seperti itu.

Menikahi SepupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang