"Ta?"
"Iya, Teh."
"Ckckckck....." Decak Risma menyadari Arlan dan Nesa bergantian ambil wudhu dengan rambut kering tanpa keramas.
Fix semalam nggak terjadi apa-apa. Maunya mereka apa sih? Belum halal mepet-mepet. Udah halal malah cuek. Ihhh.... Batin Risma, gemas.
"A, kita ke pulangnya agak siangan ya? Mama ada perlu dulu."
"Oke, Ma." Arlan setuju tanpa banyak tanya. Ia malah bersyukur bisa berlama-lama dengan Nesa.
Arlan dan Risma memang harus pulang ke Jakarta bersama. Karena saat ke Sukabumi kemarin, Arlan dilarang keras menyetir. Sehingga mereka hanya membawa satu kendaraan dan disopiri Udung.
"Ya udah kalau gitu, kita berangkat." Putus Risma selepas sarapan.
"Mau ke mana?" Tanya Arlan.
"Mau cari oleh-oleh buat tetangga di sana, bagi-bagi. Itung-itung berbagi kebahagian mama sekarang punya mantu."
"Ohh..."
"Kalian di rumah aja. Pasti belum puas kan semalam?" Risma pura-pura bodoh. Arlan dan Nesa salah tingkah. "Bi.... Yuk?!"
"Ayo."
Sepeninggal Risma, Ita, Munah dan Udung. Tinggallah Arlan dan Nesa berdua di rumah itu. Mereka merasa kikuk sendiri. Padahal jelas-jelas ini bukan momen pertama mereka hanya berduaan.
Nesa akhirnya masuk kamar. Merapikan kamar menjadi keputusannya. Sedang Arlan, ia menyalakan televisi dan duduk di depan tv. Berusaha menonton televisi dengan tenang dan santai.
***
"Mau ke mana, A?" Tanya Weni.
"Ke rumah temen, Ma." Jawab Sultan sembari menyalami Weni.
"Temen apa temen?"
"Mama mau keluar nggak hari ini?" Bukannya menjawab pertanyaan bernada godaan sang ibu, sultan malah bertanya balik.
"Nggak. Kenapa memangnya?"
"Aku mau ajak seseorang ke sini buat kenalan sama Mama."
"Oke, Mama tunggu."
***
Arlan menarik nafas panjang berkali-kali. Bohong jika dirinya tidak ingin mendekat. Terlebih Nesa semenjak tadi bolak balik di hadapannya. Keluar masuk kamar dari mulai membawa sapu, hingga alat pel. Keluar lagi membawa cucian menuju ruang laundry di samping dapur. Karena tengah rapi-rapi itulah, Nesa terbiasa hanya memakai celana pendek dan kaos oblong andalan saat harus mengerjakan pekerjaan rumah.
Harus dibawa keluar nih, bahaya kalau nggak. Bisa-bisa gue bawa ke atas ranjang. Batin Arlan.
Arlan pun bangkit, dihampirinya Nesa yang tengah membilas cucian.
"Nes, masih lama nggak?"
"Nggak. Kenapa?"
"Beres nyuci, jalan yuk?!" Ajak Arlan.
"Ke mana?"
"Ke mana aja. Ke supermarket kek."
"Ngapain ke supermarket?"
"Siapa tau kamu mau belanja."
"Belanja apa?"
"Apa aja. Makanan ringan kek, beras kek, sabun kek. Pokoknya belanja."
"Hmmm...."
"Aku tunggu di teras ya?!" Putus Arlan begitu saja.
"O-ke."
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Sepupu
RomanceMenikahi Sepupu?! Beneran emang bisa? Gokil nggak sih?! Ceritanya ada di sini 🙂 Hanya untuk hiburan semata, don't baper please 🙏🏻 Happy Reading ❤️