"Hai...." Sapa Sultan yang bangkit dari duduknya saat Nesa, Fio dan Arlan hendak melewati meja yang ia tempati bersama beberapa rekan kerjanya, sesama asisten dosen.
"Nggak ajak-ajak." Seru Fio.
"Gue juga diajak." Elak Sultan.
"Sama kalau gitu." Timpal Fio.
"Diajak siapa?" Sultan menatap Nesa yang tampak berbeda dari biasa. Terlebih ada laki-laki yang berdiri tepat di belakang Nesa. Tidak bisa dipungkiri itu membuat kerutan halus di dahi Sultan terlihat.
"Kenalin.... sepupunya Nesa." Ujar Fio sembari memperkenalkan Arlan.
"Arlan."
"Sultan." Mereka berjabat tangan. "Mau gabung?" Tanya Sultan berbasa-basi.
"Nggak usah. Nggak enak. Kamu lanjut aja." Jawab Nesa cepat. Sultan mengangguk sembari tersenyum manis seperti biasa.
"Ehh kemarin pulang jam berapa dari Jakarta?" Tanya Sultan.
"Malem banget." Bohong Nesa. Arlan mengerutkan dahi.
Kenapa harus bohong? Siapa cowok ini? Aku pikir temen deket Fio. Tapi kayaknya bukan. Batin Arlan.
Bukan tanpa alasan Arlan mengira Sultan teman dekat Fio. Karena tadi yang membuka pembicaraan adalah mereka berdua.
"Ohh." Sultan manggut-manggut.
"Ya udah kita cari meja yang kosong dulu ya?!" Pamit Nesa yang ingin cepat berlalu dari Sultan.
"Siap." Sultan pun mempersilakan Nesa berlalu.
"Siapa?" Bisik Arlan saat sampai di meja yang masih kosong dan dipilih Fio untuk mereka tempati.
"Temen." Jawab Nesa singkat.
Arlan bukan laki-laki kemarin sore. Usianya cukup dewasa untuk tahu arti tatapan dan bahasa tubuh Sultan. Ia menarik nafas dalam-dalam.
"Fi, nyokap kan masih di Jakarta. Gue nginep ya di tempat lu?" Ujar Nesa cari aman.
"Boleh."
"Thank you Fio." Ucap Nesa sembari memeluk Fio yang duduk di sebelahnya, berhadapan dengan Arlan.
"Kamu mau nginep di tempat Fio?" Tanya Arlan memastikan kalau dirinya tidak salah dengar.
"Iya."
"Emang nyokap berapa hari di Jakarta?" Klop, pertanyaan Fio itu merupakan pertanyaan Arlan juga.
"Jumat atau Sabtu besok gue jemput ke sana. Tau kan nyokap nggak biasa jalan sendiri."
"Ohh... Ya udah lu nginep sampe nyokap lu pulang aja. Lumayan gue juga jadi punya temen di rumah." Ujar Fio.
"Deal?!" Nesa mengajak sahabatnya untuk berjabat tangan. Arlan tersenyum tipis melihat itu.
"Nes, pinjem hp." Pintanya kemudian.
"Mati, A."
"Iya pinjem." Desak Arlan.
Nesa menghela nafas, diambilnya mati dari dalam tas. Arlan pun lantas menyalakan ponsel Nesa. Memang benar baterainya lemah tapi masih bisa dioperasikan. Ia lalu menghubungi dirinya sendiri menggunakan ponsel Nesa. Itu ia lakukan untuk mendapatkan nomor Nesa agar nanti dirinya mudah jika hendak menghubungi sepupunya itu.
"Di mobil aku ada charge."
"Iya nanti aja di rumah Fio." Timpal Nesa, cuek.
Arlan membiarkan dua sahabat itu terus berbincang, sekaligus itu menjadi ajang dirinya mengorek informasi. Tapi Nesa seperti tahu niat Arlan sehingga obrolan mereka hanya seputar drama Korea dan juga tugas kuliah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Sepupu
RomanceMenikahi Sepupu?! Beneran emang bisa? Gokil nggak sih?! Ceritanya ada di sini 🙂 Hanya untuk hiburan semata, don't baper please 🙏🏻 Happy Reading ❤️