Risma mengatur nafas. Kelakukan Arlan dan Nesa sungguh membuatnya pusing belakangan ini. Emosinya turun naik jika menghadapi tingkah keduanya.
Kini mereka berempat duduk satu meja. Hening, belum ada yang membuka suara. Nesa tampak menunduk. Arlan diam-diam menenangkan Nesa. Dielusnya sesaat pundak Nesa. Risma semakin geleng-geleng kepala.
"Sebenarnya mau kalian apa sih?" Tanya Risma gemas. "Arlan... Nesa...?!" Keduanya bergeming. "Ya udah kalau gitu, suka nggak suka, mau nggak mau, siap nggak siap kalian mending nikah aja." Putus Risma.
Arlan senang mendengar itu tapi ia khawatir Nesa tiba-tiba berubah sikap lagi. Maka dari itu Arlan perlahan mencuri pandang Nesa. Tampak gadis itu masih menundukkan kepala.
"Arlan kapan kamu siap ijab kabul?" Tanya Risma.
"Ma?!" Cicit Arlan, khawatir.
"Kapan?" Ulang Risma.
"Gimana Nesa aja." Jawab Arlan pelan.
"Nesa?!" Kini tatapan Risma beralih kepada keponakannya itu.
"Iya, Tan." Sahut Nesa lirih.
"Kapan?"
"Boleh, kapan aja." Jawab Nesa. Arlan seketika membulatkan mata. Nesa?!
"Oke, secepatnya kalau begitu." Putus Risma.
"Tapi, Tan...." Timpal Nesa. Baik Risma, Ita terutama Arlan langsung menahan nafas saat mendengar kata tapi terlontar dari mulut Nesa.
"Kenapa?" Tanya Risma.
"Boleh nggak nikahnya akad doang, nggak usah dirayain."
"Hah?!" Semua menatapnya kini.
Nesa meringis merasa salah telah ucapkan itu. Akan tetapi Arlan yang terlanjur bahagia itu menyetujui keinginan Nesa. Tidak mengapa tidak ada resepsi, bisa akad nikah dengan Nesa saja baginya itu anugerah tidak terduga sebelumnya.
"Arlan setuju, Ma." Sahut Arlan.
***
Tidak banyak yang mereka persiapkan. Mereka hanya mendaftar di KUA tempat tinggal Nesa.
"Fi...." Panggil Nesa pada sahabatnya itu saat mereka tengah menikmati bakso di kantin kampus.
"Apa?"
"Gue mau ngomong."
"Heh? Emang lu dari tadi udah ngomong kan, kenapa masih bilang mau ngomong?!" Canda Fio.
"Serius Ihh, gue mau cerita." Rajuk Nesa.
"Iya serius." Fio nyengir pada akhirnya. "Ada apa sih?! Tumben mau cerita aja gini amat."
"Gue mau kawin."
"Ohh....." Fio angguk-angguk kepala. "HAAHHH?! KAWIN???" Fio histeris. "Sama siapa?"
"Lu?!" Nesa melotot.
"Maaf. Lu kenapa? Nggak bunting kan? Siapa yang macem-macemin lu sampe nggak ada hujan nggak ada angin, pacaran aja belum tiba-tiba masuk KUA aja. Cerita... Cerita..."
"Fio?!" Nesa masih dengan bola mata membesar.
"Nesa." Fio menarik nafas panjang.
"Lu ya?! Nggak jadi ahh gue ceritanya."
"Ehh nggak boleh gitu, udah terlanjur. Ayo lanjutin."
"Abis lu." Keluh Nesa. "Gue kagak bunting enak aja."
"Ya maaf. Ehh sama siapa? Jadi tuh si Sultan bawa emak babehnya ke nyokap lu?"
"A Arlan."
"What?!" Fio membulatkan mata. "Karma sih ini namanya fix. Makanya gue bilangin kan dari...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Sepupu
RomanceMenikahi Sepupu?! Beneran emang bisa? Gokil nggak sih?! Ceritanya ada di sini 🙂 Hanya untuk hiburan semata, don't baper please 🙏🏻 Happy Reading ❤️