MS - 10

1.4K 50 6
                                    

Elis benar-benar serius dengan ucapannya. Beberapa hari kemudian, setelah benar-benar selesai transaksi jual beli tanah, ia langsung mengajak Ujang dan Icha ke Sukabumi. Mencari AMIK Sukabumi.

"Bisa kuliah mulai kapan?" Tanya Elis setelah berhasil mendaftarkan putrinya itu.

"Ada di brosur yang Ibu pegang." Jawab staff pendaftaran mahasiswa baru.

"Nggak bisa mulai besok?" Tanya Elis lagi.

"Nggak bisa, Bu. Kuliah berbeda dengan kursus." Paparnya.

"Ohh..." Angguk Elis mencoba paham.

Tidak lama ia lalu pamit pada staff tersebut. Sebelum kembali ke area parkir, Elis yang ingin buang air kecil itu pun mengajak Icha ke toilet kampus.

Berbekal petunjuk dari mahasiswi yang mereka tanyai, mereka akhirnya bisa menemukan toilet kampus.

Selesai dari toilet saat hendak ke parkiran, mereka melewati sebuah ruangan yang dipenuhi komputer. Icha mengintip dan tatapannya menangkap sosok yang ia kenali.

Nesa tengah praktikum di laboratorium komputer. Nesa tampak cekatan. Icha terus memperhatikan. Aku juga bisa, Nes. batinnya.

***

Sepulang kuliah Nesa memilih untuk rebahan di kamar tidurnya. Entah lelah entah karena bosan, Nesa pun terlelap. Ia baru bangun saat Ita membangunkannya untuk mandi sore.

Selesai mandi, Nesa mendengar ada tamu yang datang. Ia mempertajam indera pendengarannya. Kayak kenal suaranya. Batin Nesa sembari memilih piyama yang hendak ia kenakan.

"Nesa mana, Ta?" Tanya Risma sembari duduk di sofa setelah dipersilakan Ita.

"Baru beres mandi." Jawab Ita. "Nes..." Panggilnya kemudian.

"Iya, Bu." Sahut Ness sembari membuka pintu.

Alamak... Dia lagi aja. Batin Nesa.

"Nes..." Sapa Risma. Nesa tersenyum sembari berjalan menghampiri.

"Tan..." Nesa lalu menyalami Risma. "A...." Sapanya pada Arlan kemudian.

Hendak menyalami Arlan juga tapi Nesa merasa kikuk. Tapi nggak juga pasti salah, batinnya. Ia pun akhirnya tetap menyalami Arlan. Sontak sudut bibir Arlan terangkat, manis.

"Duduk." Risma menepuk bagian kiri sofa yang kosong. Tanda ia meminta Nesa duduk di sana, di sampingnya.

"Iya." Sahut Nesa menuruti Risma.

"Langsung aja kali ya?!" Risma to the point. Kerutan di dahi Nesa dan Ita pun tampak terlihat. "Ini dari kemarin ada yang resah pengen cepet-cepet nyusul ke Sukabumi." Guyon Risma. "Pengen ngiket katanya." Tambahnya.

"Hah?!" Ita dan Nesa kompak membulatkan mata.

"A...." Risma menyikut anaknya yang semenjak tadi fokus memandangi Nesa.

"Nes...." Arlan salah tingkah.

Walau biasanya dia yang agresif terhadap Nesa. Tapi sore ini mendadak dirinya kikuk sendiri, salah tingkah.

Arlan mengeluarkan sebuah kotak mungil dari dalam saku celana jeans yang ia kenakan. Kotak berisi cincin. Nesa menelan saliva.

Meski sederhana dan terkesan kilat tapi terasa sangat mendalam. Tanpa banyak kata Arlan akhirnya menyematkan cincin di jari manis kiri Nesa petang ini juga.

"Jaga hati aku ya, jaga kepercayaan aku juga selama kita LDR." Bisik Arlan saat mereka kini hanya duduk berdua di ruang tamu. Nesa tersenyum tipis menimpali itu.

Setelah prosesi penyematan cincin pengikat, Arlan mengajak Nesa berswafoto. Tapi berhubung Nesa hanya menggunakan piyama, Nesa menolak.

"Cantik walo cuma pake piyama doang." Puji Arlan sungguh-sungguh.

"Nggak ahh..." Geleng Nesa.

"Ya udah, jari manis yang ada cincin pengikatnya aja kalau gitu yang aku foto." Arlan mengalah.

"Buat apa?"

"Bikin status, mau pengumuman kalau mulai malam ini aku nggak jomblo lagi."

"Hah?!" Nesa melongo.

"Sini jarinya...." Arlan meraih jemari kiri Nesa. Didaratkan di atas pahanya. Bukan hanya Nesa yang tiba-tiba berdebar, tapi Arlan yang tidak sengaja salah menempatkan posisi jemari Nesa.

***

Ahhh suka mancing-mancing...

Lanjut di KaryaKarsa yuk
Intip ada momen apa setelah salah mendaratkan jemari 🤭

Tenang... Bukan zona 21+
Tapi zona ABG bucin akut 😁

 Bukan zona 21+Tapi zona ABG bucin akut 😁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Menikahi SepupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang