MS - 15

1.3K 59 2
                                    

"Tamu Ibu kali, A." Jawab Nesa asal. "A...."

"Kenapa, Nes?"

"A Arlan langsung ke hotel?"

"Iya, tapi mau turun dulu. Mau pamit ke Ibu."

"Nggak usah, nanti biar aku yang bilangin ke Ibu." Cegah Nesa.

Sontak hal tersebut membuat Arlan mengernyitkan kening. Arlan tidak bodoh, ia tahu Nesa tengah gugup dan menyembunyikan sesuatu. Arlan pun turun tanpa menunggu Nesa. Nesa membulatkan mata.

"Assalamu'alaikum." Ucap Arlan.

"Waa'alaikumsalam." Sahut Ita juga Sultan.

"Bu." Sapa Arlan sembari menyalami Ita. Lalu tatapnya beradu dengan Sultan. Dia?! Batin keduanya. "Ada tamu."

"Iya teman Nesa." Jawab Ita. Arlan mengangguk sekilas.

"Bu, boleh Arlan ikut sholat isya?"

"Boleh, sholat di kamar Nesa aja." Ujar Ita yang memang tidak memiliki ruang khusus untuk mushola di rumahnya.

"Iya, Bu." Angguk Arlan.

Katanya tadi mau jemput Nesa. Lha terus sekarang mana Nesa nya? Batin Ita.

Tidak lama kemudian Nesa masuk dengan langkah gontai. Setelah mengucap salam dan menyalami ibunya, Nesa pun menyapa Sultan yang tengah duduk di ruang tamu ditemani Ita.

"Hai, ada apa?" Tanya Nesa serba salah.

"Baru pulang?"

"Iya, abis nugas di rumah Fio."

"Aku cari kamu tadi di kampus tapi nggak ketemu." Ujar Sultan bertepatan dengan pamitnya Ita ke dapur dan Arlan keluar dari kamar mandi. Nesa salah tingkah. "Ini." Sultan menyodorkan sebuah flashdisk ke arah Nesa. Tepatnya flashdisk Nesa. "Kata Agus kamu minta program. Kok bukan ke aku mintanya?" Tanya Sultan. Arlan yang hendak membuka pintu kamar Nesa memperlambat gerakannya. Nesa semakin serba salah.

"Iya, kemarin di ruang komputer adanya cuma Agus, makanya minta ke Agus."

"Butuh program apa lagi?"

"Udah, cuma itu aja." Jawab Nesa.

"Nes, itu sepupu kamu tea kan ya?" Tanya Sultan saat Arlan sudah masuk ke kamar Nesa.

"Heh?!"

"Itu sepupu kamu?" Ulang Sultan. Arlan yang baru menutup pintu kamar pun tidak beranjak. Ia ingin tahu jawaban Nesa.

"Iya."

Arlan mengatupkan rahang, ditariknya nafas dalam-dalam. Ia lalu bergegas menunaikan ibadah sholat isya. Berusaha tenang.

Gue harus tenang, nggak boleh keras. Gue nggak mau Nesa kayak kemarin-kemarin. Tenang, Lan... Sabar.... Arlan bicara pada dirinya sendiri.

"Nes, Ibu mana?" Tanya Arlan saat selesai sholat dan keluar dari kamar Nesa.

"Di dapur, A." Jawab Nesa. Arlan pun bergegas ke dapur.

"Bu, Arlan pamit dulu." Ujar Arlan berpamitan.

"Nginep kan?"

"Nggak, mau langsung ke Jakarta." Jawab Arlan sembari berjalan beriringan dengan Ita, keluar dari dapur.

Hah? Jakarta? Kata dia tadi mau nginep tanggung udah booking hotel. Nggak beres. Batin Nesa.

"Udah malam, kenapa nggak nginep? Nyampe jam berapa coba nanti?" Ita agak khawatir mengetahui Arlan akan langsung melanjutkan perjalanan ke Jakarta.

Menikahi SepupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang