Risma yang terus memikirkan ini pun akhirnya jatuh sakit. Mendengar Risma sakit dan dirawat, sontak saja Elis mengajak Ujang dan Icha ke Jakarta.
"Teteh kok bisa sampai sakit gini?" Tanya Elis sembari berhambur menghampiri Risma.
"Iya kecapekan kayaknya."
"A Arlan belum pulang?" Tanya Elis sembari mengedarkan pandangannya di ruang perawatan Risma.
"Belum."
"Kita bantu jaga Teteh atuh ya?"
"Nggak usah, Lis."
"Nggak apa-apa. Kita kan bukan siapa-siapa, lagian sebentar lagi...." Kalimat Elis terpotong.
"Permisi, dimasukkan obat dulu ya?!" Seorang perawat tiba-tiba datang membawa obat yang hendak disuntikan ke selang infus.
"Iya, Sus." Angguk Risma. Elis, Ujang dan Icha pun mundur.
"Sudah. Nanti kalau ada apa-apa di bel saja. Mari." Pamit perawat tersebut ramah.
"Makasih, Sus."
"Sama-sama."
"Assalamu'alaikum." Salam Arlan beberapa detik setelah perawat itu berlalu.
"Waa'alaikumsalam." Jawab mereka berempat serempak.
"Ehh A Arlan." Sambut Elis.
Arlan menghela nafas kasar. Seharian lelah mengajar tiba di rumah sakit ia harus bertemu orang yang sementara ini ia ingin hindari dahulu.
"Bi." Sapa Arlan dan demi kesopanan Arlan langsung menyalami Elis kemudian Ujang. "Mang."
"Kok Icha nya nggak disapa?" Tanya Elis dengan senyum hendak menggoda.
"Cha?!" Arlan akhirnya menyapa gadis itu datar.
Mendapat sapaan Arlan, Icha salah tingkah. Arlan lalu menghampiri Risma. Menyalaminya lalu menanyakan kondisi ibunya itu.
"Kalau gitu Arlan pamit ke kantin sebentar ya?! Lapar." Ujar Arlan kemudian.
"Iya, A. Silakan." Sahut Elis yang sangat berharap anaknya diajak ke kantin tapi nyatanya Arlan melenggang seorang diri.
Di kantin Arlan menarik nafas panjang berkali-kali. Kenapa sih harus mereka, kenapa bukan Tante Ita sama Nesa? Lagian harusnya mereka berdua yang ada di sini.
Arlan membuka ponselnya. Hendak menghubungi Ita atau Nesa tapi dia lupa jika dirinya tidak mempunyai nomor mereka. Aneh? Itulah Arlan. Ia benar-benar sosok ajaib
dalam keluarga. Arlan pun mendesah kasar."Udah, A dari kantinnya?" Tanya Elis melihat Arlan yang sudah kembali.
"Udah, Bi."
"Bibi, Mamang sama Icha rencana mau nemenin di sini. Jaga Mama kamu. Kasian sendirian." Papar Elis.
"Ohh makasih, Bi. Padahal nggak perlu." Sebenarnya Arlan ingin menolak tegas tapi tidak enak.
"Nggak apa-apa, kita kan keluarga." Timpal Ujang yang akhirnya buka suara. Arlan tersenyum, kecut.
"Ma, kalau aku pulang nggak apa-apa? Aku capek." Tanya Arlan pada Risma.
"Iya, boleh." Angguk Risma.
"Ya udah semuanya. Arlan pamit." Arlan pun menyalami Risma, Ujang juga Elis. Dan memgangguk kecil pada Icha.
Arlan segera melajukan kendaraannya, menjauh sebisa dirinya dari rumah sakit. Tepatnya dari Ujang, Icha terlebih Elis. Arlan menelusuri jalan hingga tidak sadar mobil yang ia kendarai sekarang malah masuk tol Jagorawi dan mengarah ke Sukabumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Sepupu
RomanceMenikahi Sepupu?! Beneran emang bisa? Gokil nggak sih?! Ceritanya ada di sini 🙂 Hanya untuk hiburan semata, don't baper please 🙏🏻 Happy Reading ❤️