2 bulan kemudian.
Carloz yang sudah tidak sama sekali mempunyai rasa pada Indira, meski dia sudah tidak lagi mempunyai rasa pada saudarinya itu.
Setiap hari, Ella selalu bermain ke rumah keluarga Hapsari. kedekatan Ella dan Carloz, juga semakin dekat akhir-akhir ini.
Di ruang tamu.
"Carloz.. udah dong.. nonton televisinya, mending kamu belajar." ucap Acel.
"Belajar apa?" Carloz menatap sang ibu, "belajar sekolah lah," Jawab Acel.
"Ohh.. Carloz kira belajar untuk mencintai dia." kata Carloz, ia terkekeh pelan.
Acel menggelengkan kepalanya, "emang ada? Orang yang kamu cintai lagi?" Carloz berfikir, ia menggeleng, "jokes neng.. jokes." jawabnya.
"Aduh.. bang, mending belajar bang," ucap Acel.
Carloz tertawa, seru sekali, mempunyai orang tua yang satu frekuensi dengannya. sangat menyenangkan bukan? Iya.
"Carloz, bagiamana keadaan sekolah? Aman?" Carloz mengangguk, "Ayah gak mau.. kalau sampai nilai kamu turun di sekolah." lanjutnya.
"Tapi Ayah.. sukses itu, gak dilihat dari nilai." jawab Carloz.
"Tetap! Ayah malu.. kalau nilai kamu itu turun, ingat! Sekolah tersebut milik keluarga, kamu harus menjadi Anak yang berprestasi di sekolah Antareo. bagaimana pun juga, kamu harus dapat peringkat pertama di sekolah, jika kamu tidak dapat? Ingat hukumannya!" tegas Adelio.
Carloz yang mendengar itu merasakan sakit dihatinya, dia seperti dituntut oleh sang Ayah.
"Apa masih kurang? Nilai 90 ke atas yang di dapat Carloz?" Adelio menggangguk, "kurang!" jawabnya.
"90 itu udah bagus bagi Carloz," kata Carloz.
"Perasaan mu saja itu, akan Ayah bilang bagus, jika nilai keseluruhan mu itu 100." jawab Adelio.
Hati Carloz benar-benar panas, retak dan hancur ketika dia mendengarnya. baginya, untuk mendapatkan nilai tersebut tidak mudah.
Acel yang mendengar Adelio berbicara seperti itu, hanya bisa terdiam.
"Del, apa kamu gak berle---" perkataanya dipotong langsung, "jangan membantah Acel," kata Adelio.
Carloz meninggalkan ruang tamu, air matanya mengalir perlahan keluar dari matanya, sakit, ketika dituntut seperti itu baginya.
Acel yang melihat itu menggelengkan kepalanya.
***
Carloz berada di kolam renang rumahnya, ia menyeburkan kakinya saja.
"Nilai? Itu tidak berguna, sukses ku bukan karna nilai!" ia bergumam, "nilai, nilai, nilai. ngejar nilai itu.. gak semudah apa yang dituntut orang tua. kenapa si? Ayah selalu nuntut Carloz jadi orang yang harus utama dalam hal apapun? Kenapa? Capek jadi anak keturunan mafia gini, salah dikit aja gak bisa." ucapnya.
Seseorang duduk di sampingnya, ia juga menceburkan kakinya ke dalam kolam renang.
"Ngapain?" ia menoleh, "aku tau masalah kamu yang di ruang tamu tadi." jawab Ella.
"Tau apa Tan? Lo aja gak ada, pas di ruang tamu" Ella tersenyum tipis, "maaf.. gue nguping." jawab Ella.
"Menurut gue.. untuk saat ini, lo harus buktiin, kalau lo itu bisa. terserah, mau sebanyak apapun gagalnya, lo harus yakin, lo itu bisa. lo bisa banggain kedua orang tua lo, gue selalu dukung lo" Carloz menatap lesuh padanya, "gak semuanya gue bisa Tan.. gue ini orang biasa, mau keluarga gue mafia pun, gue tetap orang biasa." jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MINE S2 END✓
Teen FictionBACA DULU YOU ARE MINE SEASON 1. Ini adalah perjalanan mereka yang berlanjut dari YOU ARE MINE SEASON 1. "Pengkhianatan!" *** Jangan melompat cerita, tidak paham alurnya? salah sendiri. KAMU MILIKKU 2. Mohon bijak dalam membaca, jangan dibawa real l...