33

4.4K 329 10
                                    

_______________________________________

WARNING TYPO BERTEBARAN HARAP DI MAKLUMI
_______________________________________

POV NARUTO :

Semua keinginan dan harapanku baru terkabul 5 tahun lalu, akhirnya aku bisa hidup bersama putra kecilku jauh dari jangkauan Sasuke ataupun Itachi walau kadang Menma menanyakan bagaimana rupa mamanya kepadaku, tapi aku sama sekali tidak akan menjawab hal itu.

Menma putra kecilku sangat mirip dengan kedua ayahnya, terutama pada pelajaran sekolah dia termasuk anak yang pandai dan mudah memahami mata pelajaran tetapi semenjak menginjak usia 2 tahun Menma selalu cenderung berdiam diri dan tidak suka berkomunikasi dengan orang lain tanpa ada alasan yang pasti, pertemanannya sangat minim dan bahkan hampir tidak memiliki teman.

Menma lebih memilih untuk menghabiskan waktu membaca buku disudut ruangan dengan menyumpal kedua telinganya dengan kapas, sering juga ketika aku ajak berbicara Menma mengabaikanku dan asik sendiri membuatku harus menepuk pundaknya atau mengetuk meja dengan pelan.

"Aku rasa anakmu memiliki tanda-tanda anak yang 'istimewa'." Ucap nyonya Mebuki. Aku mengerti yang di maksud istimewa adalah autisme, tapi hatiku selalu menolak keras dan berharap hal itu hanyalah pandangan orang yang tidak mengerti Menma.

"Aku memiliki kenalan seorang dokter anak di dekat daerah sini, lebih baik besok kau ambil cuti dan pergilah kesana." Nyonya Mebuki memberikan sebuah kartu nama berwarna putih dengan tulisan Rumah sakit ****. Aku terdiam menatap kartu nama itu, bagaimana jika memang Menma anak yang Istimewa? Rasanya dia benar-benar belum siap mengetahui fakta itu.

"Pergilah.. kau harus membawa Menma kesana demi masa depannya." Kini tuan Kizashi menimpali ucapan nyonya Mebuki.

"Baiklah besok aku dan Menma akan berangkat kerumah sakit. Terima kasih untuk info yang di berikan." Aku menunduk hormat kepada dua pasangan harmonis itu dan segera menyelesaikan tugasku di cafe lalu pulang bersama Menma.

Perjalanan dimalam hari memang adalah perjalanan favorit Menma, dia bisa menatap gedung tinggi yang bersinar seperti bintang, papan iklan juga ikut menjadi perbincangan Menma. Terkadang dia terlalu pintar hingga membuatku tidak mengerti perkataannya sama sekali.

"Papa.. Menma mengantuk." Kini tangan mungil itu sudah mulai mengusap mata, terlihat mata lelah itu menatapku dengan memelas.

"Papa.."

"Iyaa iyaa" segera aku menggendong Menma di depan sambil menepuk-nepuk punggung kecil itu agar segera terlelap, padahal hari ini sangat cerah bulan terlihat bulat bersinar dengan taburan bintang dimana-mana. Sayang sekali Menma melewatkan malam ini.

Sambil berjalan menyusuri jalanan kota, aku terus memikirkan apa yang akan terjadi besok dan bagaimana aku harus mengambil tindakan. Semua ini salahku jika Menma ternyata benar-benar anak yang Istimewa. Seharusnya setelah melahirkan dulu aku harus lebih menyayangi dan mengerti kondisi Menma bukannya menyalahkan dan membenci bayi kecil ini.

"Menma.. Menma anak yang membanggakan papa.. terima kasih sudah bertahan selama ini." Aku mengecup lembut pipi Menma yang saat ini kepalanya berada di pundak dan menghadap leherku, kurasakan napas kecil yang teratur menandakan Menma sudah benar-benar tertidur pulas.

Jarak dari cafe menuju rumah lumayan jauh dan memakan waktu yang sedikit lama karena aku memilih untuk berjalan dari pada menaiki transportasi umum karena uang yang aku hasilkan ini terlalu pas untuk segala kebutuhan rumah dan Menma jadi setiap hari aku memilih untuk berjalan agar lebih menghemat pengeluaran harianku.

Sesampainya di apartemen sederhana aku meletakkan Menma di atas sofa ruang tamu, aku segera mengganti baju sekolah Menma dengan baju tidur yang sudah aku ambil dari lemari baju Menma. Setelah sudah selesai menggantikan baju Menma aku menggendong pria kecil itu menuju kamar kecil kami dan menidurkan Menma di atas kasur futon, wajah gembul itu masih terlelap membuat ku gemas ingin mencubit pipi merah itu tapi lebih baik aku urungkan niat karena jam sudah menunjukkan jam 12 malam.

PLEASE DON'T FUCK ME AGAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang