29

13.1K 756 125
                                    

_______________________________________

WARNING TYPO BERTEBARAN
HARAP MEMAKLUMINYA
_______________________________________

***

Masa pemulihan pasca melahirkan Naruto sangat cepat hanya membutuhkan waktu 1,5 bulan untuk membuat luka di perutnya mengering. Dalam masa pemulihan Naruto sama sekali tidak melihat anaknya, dia lebih suka mengurung diri di kamar rumah sakit tanpa ada yang menjenguknya kecuali dokter dan suster yang merawat.

Naruto kini sudah di perbolehkan untuk pulang, saat ini dia dibantu dengan Kabuto dan seorang pelayan wanita sedang berberes barang sebelum kembali kekediaman Uchiha. Hal yang dapat Naruto cerna saat ini adalah dia masih menjadi budak sex mereka, mau tidak mau dia harus kembali ketempat tuannya atau dia akan dicap sebagai budak nakal dan tidak patuh. Sebuah sepatu mungil mengalihkan pandangan Naruto, dia menatapnya penuh kesedihan, amarah yang memenuhi hati pikirannya.

"Bukankah ini sangat menakjubkan?? Siapa yang menyangka bahwa keluarga besar Uchiha memiliki seorang penerus yang luar biasa dari Tuan Naruto." pelayan wanita itu segera menyauti Naruto begitu dia melihat kemana pandangan Naruto saat ini.

"Apakah itu sebuah pujian atau penghinaan?" senyum sinis terpampang di wajah Naruto, harga dirinya sangat tercoreng ketika mendengar perkataan pelayan tersebut yang dengan lantang menyebut dirinya secara tidak langsung adalah seorang Tuan Besar di keluarga itu.

"Ti-tidak.. Bukan seperti itu Tuan... Maafkan jika perkataan seorang pelayan ini menyinggung perasaan Tuan.." pelayan tersebut panik dan  sesegera mungkin menyelesaikan mengemas barang Naruto. Kabuto hanya diam saja tanpa berani berbicara pada Naruto karena dia tau kondisi Naruto saat ini sangat parah jadi dia tidak ingin emosi Naruto kembali meluap hanya karena hal sepele.

"Se-semua sudah selesai.. Kita bisa berangkat sekarang." pelayan tersebut menundukkan badan tanda hormat kepada Naruto dan juga Kabuto, tangannya sedikit gemetar karena ulah perkataan Naruto yang sinis. Tidak ada balasan apapun Naruto segera berjalan meninggalkan kedua pelayan tersebut tanpa melihat kebelakang sekalipun, entah darimana kharisma yang muncul di diri Naruto sangat amat menekan siapapun yang bertatapan dengan mata biru itu.

Diperjalanan pulang Naruto tertidur, lagi-lagi mimpi buruk tentang sahabat satu selnya yang di perkosa muncul, kemudian berganti dimana dia diculik dan diperkosa oleh seseorang yang tidak dia kenal. Keringat dingin mengucur dari keningnya, dia ingin segera bangun tapi seperti mengalami kelumpuhan otak, dia tidak bisa bergerak sama sekali bahkan untuk membuka mata sangat sulit. Tidak! Tolong siapapun!! Bangunkan aku dari mimpi buruk ini. Naruto berteriak, tetapi suaranya tidak muncul bibirnya tidak bisa dia gerakkan.

"Tuan.. Tuan anda tidak apa-apa??" sebuah tepukan pelan di bahunya segera membuat Naruto terbangun, dia menatap kesekitar lalu menghela napas lega. Semua sudah menjadi masa lalu tidak ada yang perlu di takutkan, dia sudah terbiasa seperti ini.

"Tidak apa-apa.." ucap Naruto yang segera mengambil botol minuman di hadapannya, meneguk hingga tersisa botol kosong di tangannya. Kabuto lagi lagi hanya bisa mengamati dari kaca spion mobil yang ia kendarai, tidak ada komentar apapun sampai mereka tiba dirumah penjara bagi Naruto.

Terlihat di pintu masuk terdapat banyak pelayan berbaris rapi menunggu kedatangan Naruto, disana juga terlihat sosok Sasuke yang berdiri paling depan untuk menyambut dirinya. Hah.. Seperti sebuah cerita dongeng Romansa dimana sang pangeran menunggu kedatang sang putri di luar istana, lalu mereka bergandengan tangan memasuki istana dengan wajah yang bahagia. Tapi kisah itu tidak nyata, Naruto yang sudah turun Mobil hanya diam menatap Sasuke, begitu pula dengan Sasuke yang menatap Naruto tanpa melakukan apapun, dia menatap sejenak lalu berjalan mendahului Naruto Masuk kedalam rumah sedangkan pria mungil itu hanya bisa mengikuti kemana Sasuke berjalan tanpa menanyakan apapun.

PLEASE DON'T FUCK ME AGAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang