11. Memento Mori

208 106 5
                                    

*Memento mori: Ingatlah kematianmu


Kisah Soraya dan Cher sangat membekas bagi Nata.

Meski menyedihkan, dia bersyukur bisa mendengar apa yang terjadi pada kedua rekan kerjanya itu. Nata merasakan hubungannya dengan Soraya dan Cher kini makin dekat—menurutnya kedua perempuan itu punya kisah hidup yang mirip dengan apa yang menimpanya. Keduanya juga kehilangan sepertiku, pikir Nata setiap kali berpapasan dengan Soraya atau Cher di tempat kerja. Dan mereka bangkit. Soraya dan Cher menerima kenyataan pahit itu dan menata hidup mereka kembali. Mereka berhasil melaluinya.

Memulai lagi memang bagian yang tersulit, kan? Kalau mereka bisa, maka aku pun bisa. Nata mengulangi tekad itu setiap hari dalam hati.

Hari itu sebelum berangkat kerja, Nata melihat Jeje cepat-cepat mematikan televisi yang sedang ditontonnya. Dia sudah paham gelagat sahabatnya itu.

"Kenapa dimatiin, Je? Bukannya lo lagi nonton?"

"Oh, nggak kenapa-napa," Jeje gelagapan dan mengambil ponselnya yang sedang diisi daya.

Nata meraih remote dan menyalakan televisi kembali. Siaran berita.

"Nat, sebaiknya lo nggak usah nonton itu. Nanti bad mood, lho."

"Gue kepingin nonton."

Jeje meringis gusar, tetapi Nata tidak bergeming. Berita itu sedang menyiarkan kabar terbaru soal Sam dan Cherry, mantan rekan kerja Nata.

"Polisi berhasil mengetahui keberadaan Sam dan Cherry, kedua pemilik merk kosmetik Flawless Beauty yang sudah hampir setahun buron," kata si penyiar. "Keduanya diketahui pindah dari London ke Barcelona, Spanyol, dan menjalankan usaha travel yang dicurigai menipu konsumen yang mayoritas adalah warga negara Indonesia. Keberadaan Sam dan Cherry terkuak lewat posting-an salah satu konsumen mereka yang viral di media sosial. Wanita berinisial B mengaku telah membeli paket tur wisata keluarga seharga lima puluh juta Rupiah sejak empat bulan lalu, tapi belum menerima kejelasan mengenai keberangkatan dari pihak travel milik Sam dan Cherry..."

Nata mencelus. Mereka melakukannya lagi.

"Nat?" Jeje menyenggol tangannya. "Lo nggak apa-apa?"

Jeje tahu persis apa yang dilakukan Sam dan Cherry pada Nata. Ketika semua orang meninggalkan Nata, hanya Jeje yang setia berada di sisinya dan mau membantunya. Kalau bukan karena Jeje, pasti Nata sudah hidup menggelandang saat ini.

Dan Jeje juga tahu Nata punya dendam kesumat pada Sam dan Cherry. Kedua orang itu menghancurkan hidup dan karier makeup artist Nata lewat Flawless Beauty.

"Gue baik-baik aja." Nata menjatuhkan remote dan duduk di sebelah Jeje. "Udah hampir dua tahun sejak gue ngelihat wajah mereka. Gue sampai lupa mereka masih buron."

Reaksi Nata yang tenang-tenang saja bikin Jeje heran. Biasanya sahabatnya itu langsung meradang kalau nama Sam dan Cherry disebut-sebut, meski dalam siaran berita.

"Biasanya lo ngamuk setiap kali dengar sesuatu tentang mereka, Nat."

"Iya sih," sahut Nata. "Cuma belakangan ini gue... mencoba nggak terlalu peduli lagi."

"Maksudnya, lo udah capek sama mereka?"

"Bukan capek." Nata tertunduk dan menatap telapak tangannya. Kedua tangannya itu sudah membuat ratusan wajah menjadi lebih cantik dan tampan. Tangannya, bukan tangan Sam atau Cherry. "Flawless Beauty memang menghancurkan semua yang udah gue bangun, tapi gue masih punya kemampuan merias itu. Gue mau memulai lagi, Je. Gue mulai bekerja sebagai MUA cuma bermodal satu kotak kosmetik sama pengetahuan dari YouTube..." Telapak tangan Nata terasa hangat. "Gue sadar saat ini gue cuma pakai kosmetik bekas yang hampir kedaluwarsa, dan wajah-wajah yang gue rias udah  dingin membeku. Gue ngga bisa posting hasil riasan mereka buat promosi di media sosial, ditambah lagi kecil kemungkinan keluarga bersedia memberikan testimonial yang mendukung. Tapi bukan berarti gue nggak bisa restart, kan?"

Stories from The Dead [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang