Hai geesss hehe
happy reading all•••
"Kok lo mau berhenti di sini sih Rinn?" Tanya Erika ketika mobilnya dimintai berhenti di depan apartemen Arinn.
"E-engga apa-apa Rik. Papa gue beli apart disini jadi sekarang gue mau nginep hehe." bohong Arinn. Ia sengaja masih menyembunyikan tentang segala rahasianya. Arinn masih sangat takut untuk berbicara kepada orang lain.
"Ohh gitu, ya udah sana turun. Malah nangkring disini, mau ikut gue pulang?" hari ini setelah pulang sekolah Arinn sengaja pulang bersama Erika karena Gevan sudah hilang entah kemana.
"Enggak lah, nih gue turun. Babay Erik!!" Arinn melambaikan tangannya pada Erika ketika membuka pintu mobil.
"Bye pren." Erika pun kembali melajukan mobilnya menuju rumahnya sendiri.
"Huftt. Ngerasa bersalah banget gue sama Erika. Sampe kapan gue bohong sama dia." gumam Arinn tertunduk lesu.
•••
Sore ini Gevan dan Arinn sedang melakukan aktivitasnya masing-masing. Seperti biasa mereka hanya fokus sendiri dan berlagak tidak mempedulikan satu sama lain. Arinn yang sibuk mengerjakan PR nya dan Gevan yang tengah mengotak-atik laptop nya. Mereka berada di ruang yang sama namun seperti ada penghadang yang membatasi sehingga tidak ada sekecil interaksi antar keduanya.
Hingga setelah sekian abad tidak ada suara, Gevan lah yang memulai. "Nanti malem gue mau keluar. " sejak kapan Gevan memberi tahu apa yang akan ia lakukan? Terlebih pada Arinn.
Arinn menoleh,"Kemana?"
" Ada urusan. Disini gak ada hantu jadi gak perlu takut gue tinggal sendiri." balas Gevan.
"Gue berani kali."
"Udah gue bilang, yang sopan kalo ngomong."
"Hah? Oh iya sorry." Arinn langsung menyadari apa kesalahannya. Ia menyebut dirinya dengan sebutan 'gue' dan entah kenapa Gevan seperti tidak suka mendengarnnya.
"Tapi kamu juga bilangnya 'lo-gue'. " lanjut Arinn.
"Terserah gue lah." Nah 'kan bener. Gevan tuh emang mau menang sendiri. Arinn hanya bisa mendengus, pasrah saja lah ia tidak akan menang.
"Oh iya, kemaren papa Derga 'kan minta ketemu sama kita." ucap Arinn yang tiba-tiba teringat dengan keinginan mertuanya itu.
Gevan yang juga lupa langsung terkejut saat diingatkan oleh Arinn. "Lah iya." Ia melirik jam di dinding. "Mumpung masih jam setengah delapan kita kesana aja sekarang. Kita pulang jam sembilan." Gevan berdiri dan menyimpan Laptopnya. Mereka segera bersiap-siap untuk pergi ke rumah orang tua Gevan.
•••
Jam sembilan pun tiba dan kedua pasutri muda itu kini tengah berada di jalan, niatnya untuk pulang setelah tadi ngobrol panjang bersama orang tua Gevan.
Derga--papa Gevan, sempat menyayangkan keteledoran anak dan menantunya ini karena telah mengulur waktu sampai mereka lupa atas permintaan untuk menemuinya. Derga ini orang yang sangat disiplin waktu.
Sebenarnya hal yang Derga sampaikan tidak begitu penting, namun untuk kenyamanan anak dan menantunya jadi tidak ada salahnya untuk diutamakan. Hal tersebut yaitu Derga menawarkan sebuah rumah besar minimalis yang ia punya untuk ditinggali anak-anaknya. Ia takut mereka tidak nyaman tinggal di apartemen seperti itu.
Tapi Gevan tidak setuju karena rumah yang papa nya tawarkan itu sangat jauh dari sekolahnya. Sedangkan apartemen yang ia tinggali sekarang cukup dekat jaraknya. Dan Arinn ikut-ikut saja keputusan Gevan, ia pikir dirinya hanya numpang.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEVARI
Teen Fiction"Gue hamil!! Puas lo?!" ••• Seorang gadis remaja yang nampaknya biasa saja. Namun tak ada yang menduga di balik kata biasa-nya itu ternyata cukup menyedihkan. Setelah bundanya pergi untuk selamanya, Arinn, gadis itu tinggal bersama ayah kandung ser...