GEVARI 14

2.5K 72 1
                                    

HALO TEMAN TEMAN, SELAMAT TAHUN BARU YAA
SELAMAT 10K PEMBACA JUGA HEHE

HAPPY READING

•••

Minggu malam Arinn dan Gevan pulang dari acara liburannya. Sedangkan Derga dan Delia masih menetap di Swiss untuk liburan yang lebih panjang sesuai permintaan Delia, mamanya Gevan.

Sesampai di bandara Indonesia, Arinn menyipitkan matanya melihat seorang pria paruh baya yang mengenakan pakaian formal sedang duduk di salah satu kursi panjang yang berada disana dengan sebuah koper bawaannya. Dia Anres, papanya Arinnia.

Dengan segera Arinn berlari kecil menghampiri papanya. "Papa? Papa lagi ngapain?" tanya Arinn dengan lembut.

"Arinn? masih ingat kamu dengan saya? saya mau pergi ke luar negeri." jawab Anres. Namun ada yang berbeda, nadanya yang terdengar ketus dengan raut wajah yang tak bersahabat sama sekali. Berbeda dengan papa Arinn yang dulu selalu tersenyum, tapi sekarang bahkan ia tak menyebut dirinya 'papa' untuk Arinn.

Arinn berjongkok di depan papanya, "Papa ada kerjaan disana?" tanya nya masih dengan kelembutan.

"Iya." jawab pria itu tanpa menatap Arinn.

Kemudian Gevan yang sedari tadi berjalan santai, baru saja sampai di hadapan Anres. "Pah," ujarnya dengan menjulurkan tangan berniat menyalimi mertuanya ini.

Tapi Anres tak tergubis, ia tak menyahut tangan Gevan walau sedikit. Anres berdiri dan hendak berjalan pergi.

"Pa, papa masih marah sama Arinn?" Arinn ikut berdiri.

"Kamu pasti bisa jawab sendiri kan? Dengar ya, sekecewa apapun saya sama orang, baru kali ini dibuat kecewa dengan sangat luar biasa, dan itu oleh kamu, anak saya sendiri, yang saya besarkan dari kecil." tutur Anres dengan menekan setiap ucapannya.

"Papa, A-Arin minta maaf, tolong maafin Arinn pa, hiks." Tanpa sadar Arinn sudah mengeluarkan air matanya dan menangis sesegukan sembari memegangi lengan papanya.

"Gevan juga minta maaf, pa. Gevan yang salah, jangan marah sama Arinn pa, sama Gevan aja kalo mau marah. Terserah papa mau bentak atau mukul juga Gevan terima. Kasian Arinn, pa." ucap Gevan seraya menunduk.

"Saya udah maafin kalian, tapi saya butuh waktu juga, gak semudah itu buat mulihin keadaan seperti biasanya. Saya tau kalian juga pasti paham. Sekarang saya harus pergi, jaga diri kalian baik-baik." Anres mulai melangkahkan kaki dengan menyeret koper bawaannya.

"PAPAAA...HAAA..." Arinn menangis berteriak berusaha mengejar langkah pria itu namun Gevan sudah menahannya.

Arinn baru saja pulang dari Swiss dengan keadaan lelah dan sekarang malah langsung dihadapkan dengan permasalahan seperti ini. Apa papanya tidak akan pernah bertemu lagi dengannya? Bahkan Arinn belum sempat menanyakan tentang itu. Tetapi Anres pergi seorang diri tanpa istri dan stellia, kemungkinan besar dia akan tetap pulang ke negeri ini.

Tubuh Arinn seakan berat, untuk menjaga agar tetap berdiri saja ia sudah tidak mampu, kini tubuhnya mulai terkulai ke bawah hingga terduduk di lantai. Gevan yang sedari tadi menahan pundak Arinn, sekarang beralih mengangkat tubuh rapuh gadis itu.

Untung saja mereka hanya membawa tas masing-masing, tidak sampai membawa koper, jadi Gevan tidak akan rempong.

Namun ketika mobil jemputan mereka datang dan Gevan segera memasukan tubuh Arinn ke mobil, ia baru sadar jika Arinn telah pingsan.

Maka malam ini mereka tidak langsung pulang melainkan pergi ke rumah sehat terlebih dahulu.

•••

GEVARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang