HALOO GAISEE
Akhirnya setelah sekian abad aku bisa up lagi hehhehhehhHappy reading >>>
•••
Gevan dan kawan kawan kini sedang berkumpul di meja kantin sekolah. Dengan segala canda tawa serta guyonan yang saling dilempar satu sama lain menjadikan meja yang mereka singgahi menjadi meja terheboh di seluruh kantin.
Jelas saja menjadi sumber atensi semua orang, ingin sekali rasanya mereka bergabung disana tetapi nyali tak sebesar keinginan.
Hingga seorang gadis dengan rambut terurai lengkap pita kecil cantiknya datang menghampiri mereka.
"Emm kak boleh gabung disini?" ucapnya pada Gevan dan kawan-kawan. Mendengar itu mereka langsung bungkam, yang tadinya ramai sekali dengan suara tawa mereka kini hening seketika.
"Boleh neng cantik, duduk aja." Celetuk Orion dengan kegenitannya yang selalu membuat semua temannya muak.
Gadis tadi langsung duduk tepat di samping Reyhan. Tapi tiba-tiba Reyhan berdiri dengan wajah datarnya, kemudian ia pergi begitu saja tanpa sepatah kata.
Gadis tadi langsung menunduk mengetahui jika alasan Reyhan pergi adalah karena kehadirannya. Dia Stellia, mantan dari seorang Reyhan yang masih gagal move on. Sepertinya keduanya masih saling menyayangi, tetapi ada hal yang mungkin menjadi penghadang hubungan mereka.
•••
"KAK GEVANN TOLONGGIN KAKK SINII!!!" teriak Arinn dari dapur yang sepertinya sedang ketakutan.
Minggu ini pagi-pagi Arinn memang sudah berkutat di dapur minimalisnya untuk memasak sarapan.
"Apaan? Berisik banget lo." Gevan langsung datang dari Ruang tengah.
"ITU APAAN IHH MASA ADA ULET GEDE DISINI AAAA" Arinn semakin berteriak sambil memegang sendok sup dan mulai menjauh dari meja kompor karena tiba-tiba dinding di depannya dihinggapi oleh serangga kaki seribu. Tau kan?
"Mana? Gak usah teriak-teriak berisik." Gevan mengedarkan pandangannya untuk mencari yang Arinn maksud.
Gevan segera melangkah ke meja kompor dan mematikan kompornya yang masih menyala. Kemudian ia mengambil serangga itu menggunakan lap yang ada.
"Ini bukan ulet." ujarnya.
"Tapi jijik ih takut kak gede banget itu. Buang jauh jauh!"
"Tumben manggil kakak? Kesurupan lo?" Dengan sengaja Gevan mendekatkan lap berisi serangga tadi ke arah Arinn.
"HAAAAA JAUH JAUH AWASSSS!!" reflek Arinn menggeplak tangan Gevan sehingga lap itu jatuh mengenai kaki Arinn, otomatis serangga tadi juga ikut mengenai kakinya.
Arinn melototkan matanya. Ia berteriak lagi sambil mengapak-ngepakan kakinya sendiri. Dan semakin mendekatkan diri pada Gevan untuk meminta bantuan.
"KAK GEVAN INI GIMANAA HUAAAA GAK MAU AAKKKKKKK..."
Gevan juga reflek memeluk Arinn dengan satu tangan, kasian juga melihatnya hampir menangis sepertinya ia memang benar-benar ketakutan.
"Udah, udah gak ada tuh." Ucap Gevan menenangkan.
Arinn menengok ke bawah melihat serangga tadi merungkut melingkar, hal itu justru membuat Arinn semakin kegelian.
"Buang aja plis." Arinn akhirnya benar-benar menangis karena ketakutan di pelukan Gevan.
"Iya-iya, udah lah gak usah nangis juga. Minggir dulu."
Gevan dengan segera membuang hewan pembawa sial itu.
Gevan kembali setelah membuangnya, ntah kemana ia buang yang jelas sudah musnah dari pandangan.
"Dibuang kemana? Cepet banget. Harusnya pake motor buangnya biar jauh ga kesini lagi kak." ujar Arinn yang duduk di meja makan dengan memeluk kakinya sendiri. Acara memasak pun gugur sudah.
"Manja banget lo sama gituan aja takut." Jawab Gevan ikut duduk di kursi seberang Arinn. "Terus lo dapet petuah dari siapa sampe bilang gue kakak gitu, ada maunya lo?" tanya Gevan yang memang sudah heran sejak awal, yang pasti ia bertanya dengan muka sedatar-datarnya.
"Tadi ada tetangga sebelah bilang sama anaknya kalo sama yang lebih tua harus bilang kakak. Nah kan kamu lebih TUA jadi aku panggil kakak aja ya." Jelas Arinn yang menekankan kata tua di kalimatnya.
Gevan mendengus "Biasa aja kali beda setahun aja lo bilang gue tua."
"Ya udah sih wir. Ehh itu masak gimana ya, takut ada ulet tadi lagi." Tunjuk Arinn ke arah kompor yang terdapat sop ayam setengah jadi.
"Beli aja dari luar." Gevan beralih memainkan hp nya.
"Okee kita beli sate yaa." Kata Arinn dengan antusias.
Gevan sontak mengalihkan pandangannya dari hp ke arah Arinn. "Ngaco lo, mana ada sate jam segini!" Bombastic sade eyes.
"Adaaa!"
"Kambingnya masih molor belum disembelih!"
"Ada sate ayam!"
"Gak usah aneh aneh lo!"
Arinn memelas seperti anak ayam."Ayolah mau sate."
"Kata mama cewek hamil gak boleh makan makanan yang dibakar." Ucap Gevan sok cool sambil memainkan hpnya lagi. Padahal itu hanya alibi dari seorang Gevan, ia sangat malas untuk sekedar mengendarai motor mencari tukang sate yang sudah buka dipagi buta seperti ini.
"YAHHHH."
Cowok dengan kaos hitam dan celana selututnya itu berdiri, menyimpan hp, kemudian berucap "Udah lah gue aja yang masak. Nanti siang gue nyuruh orang buat bersihin rumah biar gak ada lagi binatang sialan disini."
"Tapikan tiap hari aku nyapu rumah, kok masih aja ada ulet."
"Bukan ulet anjir. Itu cuman serangga nyasar aja."
Alhasil Gevan lah yang melanjutkan memasak. Sedari kecil Arinn memang selalu takut pada hewan melata contohnya saja seperti tadi, reaksinya langsung muncul tanpa dibuat-buat.
Yaa setelah drama pagi hari, seusai sarapan Gevan meminta Arinn untuk menemaninya ke toko buku mencari bahan tugas sekolahnya. Tanpa disadari semakin hari hubungan mereka semakin dekat. Semoga saja mereka bisa sampai akhir. Semoga.
•••
Udah yaa segitu duluu bye
Salam
KAMU SEDANG MEMBACA
GEVARI
Teen Fiction"Gue hamil!! Puas lo?!" ••• Seorang gadis remaja yang nampaknya biasa saja. Namun tak ada yang menduga di balik kata biasa-nya itu ternyata cukup menyedihkan. Setelah bundanya pergi untuk selamanya, Arinn, gadis itu tinggal bersama ayah kandung ser...