part 1

110K 5.1K 28
                                    

Nurra, seorang Jaksa wanita yang tidak percaya akan cinta. baginya tidak ada laki-laki yang betul-betul tulus. mungkin pernah ada, tapi sudah punah dizaman sekarang. menurutnya, laki-laki itu hanya ada tiga kriteria yaitu: laki-laki yang suka main tangan, suka ngebentak dan doyan selingkuh. maka dari itu di usianya yang sudah memasuki 30 tahun sekarang ia belum menikah. oh bukan belum, tapi tidak akan! Nurra berencana tidak akan menikah seumur hidupnya.

Kesibukannya sebagai seorang Jaksa tentu semakin membuatnya jauh dari dunia percintaan. Dia tidak perduli tentang hubungan. Tanpa itu pun dia sudah sibuk.

"Kau selalu bersemangat ketika mendapatkan kasus seperti itu, apa kau punya dendam pribadi sebelum nya terhadap salah satu koruptor Nurra?" tanya Firman rekan kerja Nurra, ia seorang Jaksa juga.

"Siapa yang tidak membenci koruptor Fir? Kau itu aneh sekali." jawab Nurra

"Bukan begitu, hanya saja aku seperti melihat pancaran api yang keluar dari matamu saat menatap wali kota korup itu di pengadilan tadi. Aku takut kau diam-diam membunuhnya Fir."

"Dia memang pantas mati!"  Nurra kesal dan menghentakkan gelas yang ada ditangannya di atas meja sehingga terdengar suara yang membuat Firman terkejut.

"Ouh! Santai sedikit Nur, iya dia memang pantas mati. Tapi tidak harus mati ditangan mu bu Jaksa! yang ada kau yang dipidana seumur hidup karena pembunuhan berencana. Kan tidak lucu"

"Itu tidak akan terjadi kecuali hakim tidak memberikan putusan seperti yang kuharapkan."

"Jadi kau akan melakukan pembunuhan berencana jika kasus itu selesai tidak sesuai yang kau harapkan begitu?!"
Padahal Firman tadi hanya asal bicara saja tentang pembunuhan berencana. Ia merasa khawatir atas keseriusan Nurra tersebut.

"Jika itu perlu" jawab Nurra, masih dengan wajah datarnya.

"Kau Jaksa gila!"
Teriaknya Firman mendengar jawaban tak terduga dari Nurra.
Oh ayolah, Firman takut jika sahabatnya itu akan melakukan tindakan bodoh.

"Apakah kau selalu seserius itu? Kau selalu saja percaya apa yang aku katakan."
Tidak mungkin Nurra nekat melakukan tindakan gila tersebut, sudah susah-susah menjadi Jaksa, tidak mungkin ia melakukan pembunuhan. Itu sangat gila! Mau bagaimanapun pembunuhan itu tidak dapat dibenarkan. Nurra tau itu.

"Aku tidak akan mengorbankan hidup ku untuk orang seperti itu!"-lanjutnya.

"Baiklah! Apa kau tidak ingin pulang? Ini sudah larut malam. Kau sudah melakukan yang terbaik hari ini. Sekarang pulanglah, istirahat."
Firman hanya khawatir jika sahabatnya itu jatuh sakit seperti sebelum sebelumnya karena lelah bekerja.

"Kau sendiri? Kenapa belum pulang dijam segini? Jangan mengatur ku"

"Dasar keras kepala! Kalau kau jatuh sakit lagi bagaimana? Kesehatan itu penting. Jangan memikirkan orang lain saja, pikirkan juga dirimu? Kau lihat! kantung matamu itu hitam sekali, bisa-bisa kau membuat takut orang saat di pengadilan nanti dengan penampilan seperti itu."

"Tidak perlu kau jelaskan betapa buruknya penampilan ku, keluar dari ruang kerja ku sekarang! kau bukan orang berkepentingan disini."

"Iya aku keluar sekarang. Jangan lupa istirahat, ingat! Apa perlu kutunggu? Ingin pulang bersamaku? Ini sudah larut malam."

Tidak ada jawaban, Nurra hanya menatap Firman diam. Dia tau sahabatnya itu tidak bisa diganggu sekarang. Melihat tatapan membunuh dari Nurra, menambah kehororan malam yang sunyi itu. Firman bergidik ngeri dibuatnya. Dia tau jika sahabatnya itu marah seperti apa, karena Nurra terkenal sebagai Jaksa gila yang tempramen.

"Baiklah, aku pergi." Ucap Firman yang tidak mendapat jawaban dari Nurra.
Lebih baik lekas pergi dari tempat itu sekarang juga daripada mendapati kesialan yang tidak bisa dia duga.

____________

Nurra melajukan mobilnya di malam yang sunyi, Lagi-lagi ia terlalu bekerja keras hari ini hingga pulang larut malam. Pantas ia dijuluki Jaksa gila, gila kerja sampai jatuh sakit. Ditambah sikap tempramen nya itu. Walaupun seperti itu ia Jaksa yang jujur, dan bekerja semaksimal mungkin untuk keadilan.





Jalanan yang sepi yang dilalui Nurra dan hanya beberapa kendaraan saja yang lalu lalang terlihat, tidak membuatnya takut sedikit pun. Apa itu takut? Ia sudah terbiasa menghadapi orang-orang jahat. Bahkan pernah berkali-kali hampir terbunuh karena kasus-kasus yang ia tangani.

Mau seberani apapun dia, yang namanya maut tidak bisa ia duga dan hindari.
Dikejauhan ia melihat cahaya yang melaju ke arahnya, itu adalah truk besar yang berlawanan arah dengan mobil Nurra, dengan kecepatan tinggi.

'Kenapa dengan mobil itu? Aneh sekali' pikir Nurra, apakah pengemudinya mabuk atau bagaimana? Bisa-bisa ia tabrakan jika begini. Terlihat truk besar yang semakin dekat didepannya itu juga mengikuti ke arah mobil Nurra, seperti Hendak menabrak.


Truk itu semakin melaju kearah mobil Nurra dengan kecepatan tinggi.

"TIDAAK!!" Belum sempat menghindar, mobil Nurra berhasil ditabrak truk tersebut dari arah depan. Hilang kendali, mobil Nurra terseret jauh dan jatuh ke jurang dan mobil itu meledak seketika yang menimbulkan api besar.

Nurra, mati di malam itu juga. Dengan membawa kekesalan karena kali ini ia tidak bisa menyelesaikan kasus korupsi tersebut.

Duke, Ayo Kita Bercerai! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang