Disaat Javier dan ayahnya masih sibuk berdebat, terlihat Mark sedikit berlari menghampiri orang tua dan anak itu dengan dengan wajah panik.
"Duke, kau harus tahu ini."
Javier dan ayahnya kaget melihat Mark yang tidak karuan. Ditambah lagi salah satu telapak tangan Mark bernoda darah, membuat mereka penasaran dan menanyai Mark saat itu juga.
"Ada apa ini Mark?!" tanya Javier yang juga ikutan panik.
"Apa yang membuat tanganmu berdarah?" Darwis yang penasaran memegang tangan Mark, tapi ia tidak melihat ada luka disana.
"Ini darah siapa?"sambungnya.
"Me ... Merina terbunuh!"
Javier dan Darwis terdiam beberapa detik sambil terus menatap Mark tidak percaya.
"Siapa yang melakukannya?!" Tersadar, Javier meninggikan suaranya bertanya pada Mark. Karena begitu panik, ia bahkan mengguncang kedua bahu Mark. Jika Merina celaka, ia takut Nachella dalam bahaya juga.
"Ikasya yang melakukannya, dia membunuh Merina!"
"Bagaimana bis-"
"Duke, sudah tidak ada waktu untuk berpura-pura lagi. Bukankah kau ingin mengungkapkannya? Sekarang kita dihadapkan dengan masalah baru."
"Di mana Merina sekarang?" tanya Javier.
Mark menjelaskan Merina sekarang dibawa oleh Zen ke kediaman Nachella. Karena Nachella harus mengetahuinya juga. Sudah tidak ada waktu menunggu persetujuan dari Javier. Zen pergi dengan pria itu karena sudah terdesak.
Mendengar penjelasan Mark, Javier menyuruh pelayannya mencari Ikasya untuk ikut pergi ke kediaman Nachella.
"Lepaskan!" Ikasya meronta karena ditarik paksa menemui Javier yang sudah ada di kereta kuda.
"NAIK!" Javier yang sudah marah besar, ia menjulurkan tangannya keluar menarik Ikasya masuk dengan kasar.
"Duke, kau ingin membawaku kemana?" Ikasya yang tidak tahu apa-apa hampir menangis saat diperlakukan kasar oleh Javier.
Ikasya semakin takut melihat Javier tidak menjawab apa-apa. Oh, apakah dia hendak di buang?
Javier masih dengan muka marah memandang ke arah luar tanpa perdulikan ikasya yang terjatuh dari tempat duduknya, karena kusir tiba-tiba melajukan kereta kuda itu.
"Akhh!" Ikasya menahan lututnya yang terbentur keras kebawah. Sekali lagi ia berusaha duduk dengan benar, namun Ikasya tidak bisa menahan tubuhnya yang lemah itu.
Berkali-kali ia terjatuh dan terombang ambing di dalam kereta kuda itu. Hal yang lebih membuatnya kesal adalah, Javier sama sekali tidak berniat membantunya dan terus menatap jijik ke arahnya.
"HENTIKAN!!" Ikasya berteriak, berharap kusir menghentikan kereta kudanya.
Seakan kusir itu sudah bekerja sama dengan Javier sebelumnya. Perintah Ikasya sama sekali tidak didengar, kusir malah menambah kecepatan bahkan di jalan berbatu.
Ikasya tidak dapat berbuat apa-apa. Sulit menyeimbangkan tubuhnya disaat seperti itu. Dia yang tersiksa, hanya duduk di lantai sambil memegang perutnya.
Lagi-lagi, Javier tidak merespon apa-apa. Kali ini ia melihat ke luar seakan jijik menatap Ikasya yang terlihat menyedihkan dibawah sana.
Ikasya berpikir apa Javier sengaja ingin mencelakainya dan berharap ia keguguran saat itu juga.
Sedangkan Mark dan Darwis lebih dulu menyusul Zen dengan kuda masing-masing. Berkuda sendiri lebih cepat menurutnya.
________
KAMU SEDANG MEMBACA
Duke, Ayo Kita Bercerai!
Random(BELUM DIREVISI) Nurra, seorang Jaksa yang harus mati karena pembunuhan berencana. Pembunuhan itu dilakukan untuk menutupi kebenaran dari kasus korupsi yang ia tangani. Rasanya belum cukup dengan kesialan itu saja, Nurra mendapati dirinya terbangun...