Hembusan angin masuk dari jendela yang terbuka, tepat di samping seorang wanita yang sedang terlelap.
Ia tertidur dalam posisi duduk, dengan menjadikan lengannya sebagai bantal di atas meja. Angin meniup-niup rambutnya yang menutupi wajah.
Tanpa sadar, satu tangannya bergerak mengenai sesuatu. Suara benda jatuh memecah kesunyian dalam ruangan itu.
Karena terkejut, wanita itu terbangun dengan napas yang sudah tidak teratur. Beberapa kali ia juga terbatuk. Pikirannya masih kosong beberapa detik, sebelum keadaannya cukup membaik, wanita itu memperhatikan ke sekeliling.
Benarkah ia terbangun di tempat itu."Ini kan...." Dengan cepat ia berdiri, alisnya semakin berkerut saat menyadari keganjilan.
Kedua tangan wanita itu terangkat ke kepala, ia meremas-remas rambutnya, dan matanya pun ikut tertutup.
Ia mengatur napas sebelum membuka mata kembali.
Bersamaan dengan itu, suara pintu dibuka berhasil membuatnya terdiam. Seorang pria berjalan masuk menghampirinya.
Seolah ada yang melambatkan waktu, dia terpaku memandang pria itu tersenyum padanya. Suara dari sepatu pria itu yang mengenai lantai juga jelas terdengar di telinganya.
"Firman...." Ia memperhatikan pria itu dari kepala sampai ujung kaki.
"Kenapa tercengang seperti itu? Aku terlihat tampan?" Pria itu mengapit dagunya dengan jari telunjuk dan jempol. Lalu menunjukkan kedipan mata sambil tersenyum.
"Aku–"
"Hey kenapa menangis?" Ia melihat mata wanita itu sudah berair. Firman mendekatinya dengan wajah khawatir.
"Nurra, kau punya masalah? Apa terjadi sesuatu?"
Sudah berapa lama ia tidak dipanggil dengan nama itu. Nurra, menghapus air matanya sebelum jatuh ke pipi.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi."
"Apa maksud jawabanmu? jika ada masalah, tidak apa jika kau ingin menceritakannya padaku."
"Kau tidak terlihat baik-baik saja. Apa kau sakit?" Firman menyadari wajah Nurra benar-benar pucat.
"Aku ... benar-benar tidak tahu apa yang terjadi padaku." Nurra menenangkan diri dan duduk di kursinya lagi. Pandangannya kosong, beberapa ingatan tergambar di benaknya.
Saat kecelakaan itu, sampai bagaimana ia terbangun di tempat asing dengan identitas yang berbeda. Tenggelam di lautan dan terbangun di tempat yang tidak pernah ia perkirakan.
Dia sudah tidak berada di dunia itu, hidupnya sudah kembali.
"Baiklah, kau sebaiknya istirahat." Walaupun kebingungan dengan sikap Nurra, ia lebih memilih memendam pertanyaannya karena melihat Nurra yang sudah sangat lelah.
Firman berjalan ke sisi Nurra, kakinya menginjak sesuatu. Setelah dilihat, itu adalah buku yang tergeletak di lantai. Firman memungutnya dan memperhatikan buku itu depan dan belakang sampulnya. "Kau membawa novel?"
Nurra mendongakkan kepalanya menghadap Firman. Pria itu memegang buku yang sudah lama tidak ia lihat. "Berikan padaku."
Nurra mengambil buku itu dari tangan Firman. Ia membuka beberapa halaman terakhir.
"Kau tahu ini novel siapa?"
"Ini milikku." Mata Nurra masih terpokus pada tulisan-tulisan di buku itu.
Beberapa kali Firman bicara padanya, tapi Nurra memilih diam dan melanjutkan membaca buku itu dengan serius.
"Baca itu nanti saja, kau harus–"
"Kau diam dulu!"
Firman menuruti apa yang Nurra katakan, ia pun terdiam sambil sesekali ikut membaca dan juga memperhatikan wajah serius Nurra. Tidak biasanya Nurra suka baca novel di tempat kerja, ya walaupun ini sudah habis jam kerjanya. Tapi, Firman baru tahu jika Nurra menyukai cerita fiksi.
Setelah sampai di baris terakhir, Nurra menutup buku itu dan melemparnya di atas meja. "Benar-benar berubah."
"Apa yang berubah?" tanya Firman.
Nurra menggelengkan kepalanya seolah tidak penting. Dia juga tidak bisa menjelaskannya pada Firman.
Apa yang berubah, tentu saja jalan cerita dalam novel itu.
Setelah ia hilang kesadaran saat tenggelam, diceritakan, bahwa Nachella berhasil diselamatkan. Dan nasib Javier....
Pria itu meninggal. Setelahnya, kebusukan Drustan dan Ratu pun ikut terbongkar.
Ibu dan anak itu dihukum karena ketahuan sudah bersekongkol membunuh ratu terdahulu dan juga ikut serta menggagalkan pernikahan Putra Mahkota dengan melarikan Nachella.
Nurra mengingat, cerita itu diakhiri dengan percakapan antara Hendrick dan Nachella.
"Terimakasih kau sudah bertahan. Aku tidak bisa membayangkan jika kau ikut pergi." Karena hanya Nachella yang selamat pada kejadian malam itu.
"Aku bisa kembali karena seseorang," jawab Nachella.
Firman menjentikkan jari di depan wajah Nurra. "Jangan melamun! Kenapa kau jadi aneh begini?"
Nurra hanya menunjukkan senyum tipisnya, matanya beralih menatap layar ponsel yang sudah ia raih. "Aku benar-benar kembali," bisiknya.
"Apa yang kau bicarakan?"
Tanggal yang tertera di layar ponsel itu, menunjukkan bahwa Nurra kembali tepat di malam sebelum kecelakaan itu terjadi.
Firman masih tidak mengerti saat melihat Nurra kembali terdiam ketika ditanya.
"Ayo pulang, kau tidak harus bekerja seharian. Ini sudah malam," ucapnya.
"Ada yang ingin mencelakaiku. Aku tidak bisa pulang sekarang, kau ingin menemaniku?" tanya Nurra.
Kali ini Firman yang terdiam sesaat. Satu alisnya terangkat memandang Nurra. Dia juga khawatir jika wanita itu dalam bahaya.
TAMAT
KAMU SEDANG MEMBACA
Duke, Ayo Kita Bercerai!
Random(BELUM DIREVISI) Nurra, seorang Jaksa yang harus mati karena pembunuhan berencana. Pembunuhan itu dilakukan untuk menutupi kebenaran dari kasus korupsi yang ia tangani. Rasanya belum cukup dengan kesialan itu saja, Nurra mendapati dirinya terbangun...