Chapter 15

2.3K 171 5
                                    

Sementara menunggu Noah menyelesaikan kegiatannya, menandatangani berkas, mata Eliana melirik ke arah wadah makanan yang berada di atas meja kerja Noah.

Really? Airin ngasih bekal buat Noah? Again?

Eliana mendengus samar, kesal saat menyadari Airin masih membuatkan bekal makanan buat Noah dan sialnya Noah yang dingin ternyata menerima bekal yang diberikan oleh Airin.

"Ini juga pak." Eliana kembali menyodorkan berkas lain ke hadapan Noah saat Noah sudah selesai menandatangani berkas di atas mejanya.

"Masih ada lagi?" Noah mendongak, menatap Eliana.

"Itu saja pak."

"Oke." Noah merapikan berkas di atas meja, mengumpulkannya menjadi satu, lalu menyerahkannya pada Eliana.

"Thanks, pak." Eliana beranjak berjalan ke arah pintu, sebelum telinganya menangkap samar suara Airin di luar.

Senyum samar terbentuk di bibir tipis Eliana saat mendengar ketukan pelan di pintu dan suara Airin di balik pintu, meminta ijin untuk masuk ke dalam ruangan. Dengan gerakan mendadak Eliana berbalik, melangkah lebar ke arah meja Noah "Pak kelupaan, masih ada satu lembar lagi."

Langkah besar Eliana membuatnya kehilangan keseimbangan. Eliana mencoba meraih meja kerja Noah untuk menopang tubuhnya dan mempertahankan keseimbangannya, namun malah oleng ke arah Noah sekaligus membuat kertas di tangannya berhamburan.

"Eliana! What happened?" Noah tampak kaget saat melihat tubuh Eliana limbung ke arahnya. Noah secara refleks langsung berdiri, namun sialnya, tubuh Eliana malah membentur tubuh besar Noah.

"Maaf...." Suara Airin terdengar lirih,  tatapan matanya tidak terbaca saat menatap ke arah Noah dan Eliana, "Sepertinya saya salah waktu." Airin terdiam sesaat, menatap Noah yang sedang berdiri di dekat mejanya dengan tubuh Eliana yang bersandar di dada Noah.

"Wait Airin." Noah mendorong tubuh Eliana menjauh "Airin, wait! Ini gak seperti yang kamu lihat."

"Maaf pak, gak sengaja. Aduhh..." Eliana menunduk, tampak mengurut mata kakinya.

"Are you okay, El?" Noah melirik ke arah mata kaki Eliana.

"Sepertinya terkilir, pak." Eliana mengerang pelan, mencoba berdiri. "Aduh..." Eliana berdiri pincang.

"Airin! Wait!" Noah mengejar Airin, mencekal pergelangan tangannya. "Airin...."

"Bapak selesaikan dulu urusan bapak." Airin meraih gagang pintu. "Bisa tolong lepaskan tangan saya, pak?"

"Kita harus bicara, after workhour." Noah berbicara tegas, melepas cekalannya di pergelangan tangan Airin, membiarkan Airin keluar dari ruangannya.

"Shhh...." Eliana mengerang, berjalan pincang, menatap punggung Airin yang menghilang di balik pintu "Airin langsung keluar gitu aja, pak?"

"Next time, kamu mesti lebih berhati hati." Noah menghela nafas panjang penuh kegusaran "Aku tidak ingin orang lain salah paham."

"Maaf, pak." Eliana bergumam lirih "Saya memang salah, saya terlalu terburu buru." Eliana mencuri pandang ke arah Noah. Kening Eliana berkerut, saat menyadari pandangan mata Noah masih mengarah ke pintu.

Biar aja salah paham, malah lebih bagus.

Eliana menahan sudut bibirnya agar tidak melengkung naik. Perasaannya cukup puas saat melihat Airin terburu buru keluar dari ruangan Noah, walau tidak dipungkiri, masih terselip rasa kesal saat mengingat Noah yang tampak berusaha menahan Airin dan menjelaskan apa yang terjadi. Eliana dengan gerakan cepat, mengumpulkan berkas yang berhamburan, menyatukannya.

My Love Journey (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang