Chapter 2

3.5K 180 20
                                    

Airin meraih dua tote bag besar dari jok kursi penumpang, membawanya turun tanpa mematikan mesin mobilnya, membiarkan salah satu pengawal di mansion Ramiro berlari kecil, mengambil alih mobil milik Airin dan memarkirkannya di area parkiran mobil, di sisi mansion utama.

Airin melangkah masuk ke dalam mansion, melewati ruang tamu, hingga tiba di ruang keluarga. Empat pria muda bertubuh tinggi besar yang sedang duduk di sofa, sontak menghentikan kesibukan masing-masing dan menatap ke arah pintu ruang keluarga.

"Ai?" Sean bangkit dari sofa, memasukkan kedua tangannya di saku celana panjangnya.

"What happened?" David mengerutkan keningnya saat melihat mata Airin yang masih merah dan menyisakan jejak bengkak samar.

"Mana Teo?" Airin mengerucutkan bibirnya, wajahnya tampak muram.

"Baru saja naik ke kamarnya." Abian menggerakkan dagunya ke arah tangga besar melingkar di ruangan tersebut.

"Siapa yang membuatmu menangis, Ai?" Victor berdiri di hadapan Airin, menahan pergerakan Airin.

Airin mendongak, menatap empat pria bertubuh tinggi besar di hadapannya, menghentakkan kakinya dengan wajah kesal "Aku putus! Lagi!"

"What? Siapa laki laki brengsek itu? Perlukah kami menggantungnya di pohon atau menenggelamkannya di area lumpur hutan bakau?" Sean meraih pergelangan tangan Airin.

"Atau mungkin melemparkannya di area air terjun terpencil dan membiarkannya tersesat berhari hari?" Abian menyeringai lebar.

"Kali ini tidak perlu, aku bisa menanganinya sendiri." Airin terkekeh, membayangkan keisengan sepupu sepupunya. "Jangan bikin masalah atau aunty akan marah padaku."

"Oke, tapi jika kau perlu bantuan kami, katakan saja. Kami siap menghajar pria brengsek itu." Victor mengangguk, mengusap lembut kepala Airin.

"I know, you're the best." Airin memeluk erat tubuh besar Victor masih dengan tangannya yang memegang tote bag.

"Tidak adil jika kau hanya memeluk Victor." Sean memotong, membuka lebar kedua tangannya, memberi kode agar Airin memeluknya.

Airin melepaskan pelukannya pada Victor dan beralih memeluk Sean.

"Really? How about me?" David melakukan hal yang sama, membuka lebar kedua tangannya.

"Stop." Airin memekik, melepaskan pelukannya pada Sean, terkekeh kecil, mengerucutkan bibir mungilnya dengan raut wajah menggemaskan "Aku akan remuk jika kalian memelukku sekaligus, tapi aku terlalu lelah untuk memeluk kalian satu per satu."

"Tidak akan remuk, Ai." Sean terkekeh, mengacak rambut Airin "Naiklah. Teo ada di atas."

"Aku naik dulu." Airin mengangguk, berjalan setengah berlari menaiki anak tangga.

"Anak Teo mencari ayahnya." Abian tergelak.

"Hati hati, Abian. Ai itu anak kesayangannya. Kau mau dilempari Teo?" Sean tergelak "Beritahu bunda, ada Airin, mungkin kita bisa makan malam bareng."

"Biar aku saja yang memberitahukan bunda." Abian berjalan masuk menuju ke arah belakang mansion.

********

Airin membuka handle pintu dengan sikunya, menendang daun pintu dengan kuat.

"What the hell!" Matteo terhenyak mendengar dentuman keras daun pintu kamarnya yang ditendang Airin saat membentur dinding kamar.

"Ai?" Matteo menghela nafas panjang saat menyadari Airin lah pelakunya. Jika bukan Airin pelakunya, bisa dipastikan Matteo akan menghajar pelakunya sampai babak belur.

My Love Journey (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang