Chapter 21

2.3K 170 7
                                    

Airin melangkah ringan menuju ke ruang marketing. Setelah insiden kemarin, Airin memutuskan tampil apa adanya, tanpa rambut palsu dan kacamata besarnya, dan membiarkan rambut coklat lurusnya tergerai indah.

Ia belum sempat menemui para Ramiro sama sekali. Setelah Noah meninggalkannya di mess, Airin menghabiskan waktu merenung di dalam kamar sambil membaca group chat sepupu yang penuh dengan kehebohan. Bagaimana Kevin dan Matteo sibuk tertawa dan melebih lebihkan penampilan cupunya yang sangat unik dan langka. Bagaimana sepupu sepupunya yang lain sangat menyesal karena tidak sempat menyaksikan penampilan langka Airin. Salah satu dari mereka bahkan mengusulkan agar Kevin mengijinkan mereka mengakses data CCTV resort hanya untuk melihat penampilan unik Airin.

Airin hanya tertawa pelan, menyadari rasa penasaran di antara mereka. Airin juga enggan membalas chat di room dan hanya membiarkan kehebohan chat yang sukses membuat chat menembus angka 500 chat hanya dalam satu malam.

"Selamat pagi, bu." Sapaan salah seorang pegawai di bagian housekeeping membuyarkan lamunan Airin.

"Pagi juga." Airin mengangguk, tersenyum ramah sebelum melangkah kaki memasuki ruang marketing.

"Pagi semuanya." Airin melangkah ke arah meja kerjanya, menaruh tas dan ponselnya di atas meja kerja, sebelum duduk dengan manis.

"Pagi juga.... Bu." Suara Naura terdengar lirih dan ragu ragu.

"Ibu?" Airin tertegun sebelum tertawa pelan "Ada apa denganmu, Naura? Kau memanggilku dengan panggilan ibu?"

"Ternyata kalau dilihat secara langsung, kau jauh lebih cantik dibandingkan dengan yang ada foto." Eve tertawa pelan, menunjuk ke arah standing banner yang lagi lagi bergambar Airin sedang berdiri di depan resort.

"Kami benar benar tidak mengenali, ibu." Naura bergumam pelan. "Padahal standing banner itu ada di ruangan ini dan dilihat sepanjang hari."

"Aku lebih nyaman dipanggil Airin seperti biasanya. Tidak ada yang berubah walaupun aku adalah Airin Maxwell." Airin tertawa pelan, mengedipkan mata pada Naura.

"Apakah kau menyamar untuk menyelidiki karyawan di sini?" Naura kembali menatap Airin.

"Eve, sepertinya Naura perlu kau ajak berjalan jalan, mungkin otaknya terlalu banyak membaca cerita detektif." Airin tertawa kecil "Come on, Naura. Aku cuma iseng, ingin merasakan bagaimana kalau aku bukan seorang Maxwell. Aku hanya ingin menjadi seseorang yang berbeda."

"Dan kau sukses, Airin." Eve tertawa pelan, mengangguk kecil.

"Bagaimana dengan acara hari ini?" Airin mengalungkan name tag di lehernya sebelum bangkit berdiri dari kursinya.

"Acara pembukaan akan dimulai jam 10, dilanjutkan dengan beberapa pertunjukan dan lomba. Susunan acara resminya nanti akan aku kirim via chat." Naura menjawab lugas, dan dengan cepat meraih ponselnya, tampak sibuk mengetik di layar ponselnya.

"Bagaimana kondisi Eliana? Sepertinya aku agak keras padanya. Kalau diingat ingat, kami berdua kemarin kayak kesambet saja, bisa ribut seperti preman pasar. Untung gak banyak karyawan yang tau keributan itu." Airin meringis mengingat adegan jambak jambakan yang mereka lakukan kemarin.

"Sejak kejadian itu, dia lebih banyak diam dan menghabiskan waktu di ruangannya. Beberapa berkas yang butuh tanda tangan pak Noah dibawa oleh Miska ke ruangan pak Noah." Naura mengangkat ponselnya "Sent."

"Oke, thanks. Aku akan memeriksa kesiapan acara. Jika ada yang mencariku, suruh langsung ke lokasi acara saja." Airin melangkah ringan meninggalkan ruangan marketing.

Langkah kaki Airin terhenti saat matanya menangkap sosok tubuh yang berjalan pelan menuju ke ruangan divisi keuangan.

"El...." Suara Airin menghentikan langkah kaki Eliana.

My Love Journey (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang