Chapter 11

2.1K 182 11
                                    

Beberapa saat sebelumnya

Setelah menaruh tas kerja dan ransel miliknya di mess, dan menemukan kamar mess milik Airin tertutup rapat, tanpa ada tanda tanda kehidupan, Noah memutuskan berjalan jalan di pantai sekitar resort. Setelah mampir ke mini market di dekat resort, Noah menenteng paper bag berisi roti bakar dan sebotol minuman dingin di tangannya.

Noah menarik nafas panjang, menghirup udara pantai yang terasa segar, walaupun cuaca cukup terik, namun tidak mengurangi antusias para pengunjung pantai, terbukti dengan banyaknya anak anak yang berenang dan berlari lari di tepi pantai.

Noah melangkahkan kakinya ke sebuah meja kayu di bawah pohon, menarik kursi, duduk sambil meletakkan paper bag dan botol minumannya.

Pandangan matanya menyapu area pantai, puas dengan keindahan dan kebersihan pantai. Satu hal yang selalu ia ingatkan pada semua pegawai hotel terutama bagian cleaning service, pantai harus selalu terjaga kebersihannya.

Suara teriakan penuh kegembiraan terdengar dari area pantai yang sedikit lebih rindang. Tampak beberapa anak kecil sedang membuat istana pasir, beberapa di antaranya bahkan berlari lari dengan gembira menuju pantai untuk mengambil air laut.

Airin?

Noah menegakkan duduknya, saat melihat sosok gadis mungil dengan rambut keriting dan kacamata besarnya ikut berlari, membawa ember kecil, mengisinya dengan air laut, sebelum menyipratkannya pada anak anak lain, membuat anak anak memekik kegirangan dan balas menyipratkan air.

Childish

Noah hampir tidak bisa menahan sudut bibirnya untuk tidak melengkung naik ketika melihat Airin berlari berkejaran dengan anak anak sebelum akhirnya kembali sibuk dengan istana pasir mereka.

Noah memilih memakan roti bakar sambil mengamati Airin dari kejauhan, hingga saat sore menjelang dan satu per satu anak anak itu berlalu pulang dan meninggalkan Airin sendirian.

Noah menopang dagunya di atas meja kayu, terseyum melihat tingkah Airin yang merentangkan kedua tangannya di tepi pantai, membiarkan kedua kakinya basah diterpa ombak sambil memejamkan matanya.

Senyum usil terpasang di wajah Noah saat melihat Airin menenteng sandalnya, berjalan menuju kursi kayu, duduk di kursi kayu sambil bersandar dan memejamkan matanya.

Noah bangkit dari duduknya, berjalan pelan menghampiri Airin yang sekali lagi tampak tidak menyadari kehadian Noah

Tidur? Really?

Noah berdecak samar, menyeringai kecil, membuka tutup botol minumannya, menyipratkan sedikit airnya ke tubuh dan wajah Airin.

"Pasang?" Suara lenguhan serak terdengar dari mulut Airin

Noah menahan kuat dirinya untuk tidak tertawa

Really? Pasang laut mana bisa sampai ke kursi?

Noah kembali mencipratkan air, tapi kali ini hanya ke wajah Airin, mendekatkan wajahnya, penasaran menunggu reaksi Airin.

Airin tampak membuka matanya perlahan, mengejap beberapa kali sebelum mata indah di balik kacamata itu tampak terkesiap dan

"Ahhhhh...." Airin memekik kuat saat mendapati wajah Noah tepat berada di depan matanya.

"Shit, Airin!" Noah menatap Airin dengan tatapan tajam "Tidak bisakah kau menghilangkan kebiasaaan burukmu itu? Berteriak histeris?" Noah berdecak kesal

"Lagian ngapain juga bapak tiba tiba di sini? Bukannya meeting? Bapak kan baru masuk besok, itupun siang. Atau aku salah hari? Atau aku ketiduran semalaman di sini?" Airin memutar kepalanya, melihat berkeliling.

My Love Journey (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang