Chapter 7

2.2K 165 2
                                    

"Tidak ada baked bean lagi, kan?" Suara Matt terdengar dingin dan datar.

"Tentu saja, tuan Watson." Airin mengangguk, tersenyum lebar. "Next time, saya sendiri yang akan memastikan semua menu dan pelayanan yang tuan terima berada di bawah tanggung jawab saya."

"Call me Matt." Matt berdehem pelan.

"Tapi..." Airin tampak ragu, sekilas melirik ke arah Noah yang berdiri tidak jauh dari Matt.

"Matt saja. You can call me Matt. Aku lebih suka, tidak terlalu formal."

"Oke Matt." Airin mengangguk sebelum meraih piring dari baki yang dibawa oleh salah satu pegawai dan meletakkannya di atas meja "Thanks, Lin. Kau boleh pergi."

"Apa itu?" Matt menatap tajam ke arah piring yang diletakkan Airin "Aku tidak berminat mencoba menu apapun. Jadi aku tidak akan membayar tambahan biaya."

"Namanya nasi uduk pandan.  Menu ini jadi salah satu menu lokal favorit di resort ini. Bapak harus mencobanya, dan ini free sebagai kompensasi kesalahan dari salah satu rekan saya."

"Saya tidak berminat." Matt menjawab datar

"Baiklah pak. Saya tidak akan memaksa. Saya permisi dulu. Saya harap bapak tertarik mencobanya. Menu lokal juga terkadang tidak kalah jika dibanding menu luar loh, pak."

"Kau baru saja menuduhku tidak menyukai menu lokal? Lagian sejak kapan saya jadi bapakmu? Kapan saya nikah sama ibumu?" Matt menaikkan alisnya, menatap tajam Airin.

"Maaf, bukan begitu maksud saya, Matt." Airin berdehem pelan, mengulas senyum tipis "Come on, Matt. Bukankah tadi kau sudah berhenti marah marah? Jangan bilang aku sengaja dimarahi di depan pak Noah. Semua orang di sini tau segalak apa Pak Noah. Jangan membuat pak Noah menurunkan jabatan saya atau membatalkan jatah off saya." Airin bergumam rendah, mendesah pelan, melirik ke arah Matt.

"Dia galak?" Matt bergumam rendah, melirik ke arah Noah. Yang dilirik tampak mendengus kasar.

"Huum...." Airin mengangguk dengan gerakan cepat, mengejapkan matanya dengan raut wajah polos.

"Oh shit!" Matt tergelak, menepuk kuat bahu Noah, mengabaikan wajah datar dan dengusan kasar dari Noah.

"Aku akan mencobanya, thanks Airin." Matt mengangguk "Aku harap kita bisa bertemu lagi."

"Kita akan bertemu di resort, jadi sering seringlah berlibur di sini." Airin mengangguk.

"Ini promosi?"

"Salah satunya. Sebaiknya saya permisi dulu sebelum atasan saya menelan saya bulat bulat." Airin meneguk salivanya, melirik ke arah Noah yang menatapnya dengan tajam "Maaf pak." Airin bergumam lirih, menatap Noah.

"Come on, Noah." Matt kembali tergelak, menepuk bahu Noah "Pergilah, aku akan memastikan bosmu tidak memotong jatah off mu." Matt mengedipkan matanya pada Airin.

"Saya permisi dulu." Airin mengulas senyum sebelum melangkah meninggalkan villa.

"Kau lihat?" Matt mengangkat bahunya. "Gadis cupu biasa tidak akan bisa bersikap seluwes dirinya. Lagian aku merasa dia tidak terlalu cupu. Kalau mau dibilang tidak memperhatikan penampilan, tidak juga." Matt berdehem, menyeringai samar "Penampilannya sangat bersih dan wangi. Dan satu lagi, kulitnya sangat terawat, seperti orang yang tahu apa artinya kesehatan kulit dan pentingnya perawatan kulit."

"Aku sepertinya baru saja mendegar analisa wanita dari seorang pakarnya." Noah menahan sudut bibirnya agar tidak melengkung naik.

"Pengalaman adalah guru terbaik."

My Love Journey (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang