Chapter 16

2K 182 16
                                    

Matteo turun dari dalam mobil, menatap bangunan cafe di depannya. Setelah memastikan mobilnya terkunci dengan baik, Matteo melangkah masuk ke dalam cafe, pandangan matanya bergerak cepat berkeliling ke dalam cafe, hingga matanya menemukan sosok yang dicarinya.

Mengabaikan tatapan mata penuh kekaguman dari para pengunjung wanita, Matteo melangkah menuju ke meja di mana sosok pria tampan sedang duduk sambil memainkan ponselnya.

"Sorry telat, Vin." Matteo menarik kursi dan duduk tepat di hadapan Kevin.

"It's okay, kebetulan aku juga gak sibuk. Mau minum apa?" Kevin melambaikan tangan pada waitress.

"Hot latte saja," Matteo mengangguk pada waitress yang langsung mencatat pesanan Matteo. "Tumben ada angin apa sih sampai ngajak ketemuan siang siang gini."

"Soal Airin."

"Kamu udah ketemu dia? Kamu ke resort? Kenapa gak dibahas via chat aja." Matteo menatap Kevin, tampak penasaran.

"Sabar, Teo." Kevin tergelak. "Aku gak mau bahas di group, karena orangnya juga ada di group yang sama. Gak lucu kan kalau Ai kita remove baru kita bergosip di group."

"Kan bisa japri japri." Matteo tertawa pelan.

"Kayak kurang kerjaan aja, japri satu satu. Kita tuh sepupuan banyak banget kayak gerombolan itik."

"Dasar." Matteo tergelak.

"Yang bikin banyak tuh kalian sebenarnya. Hitung aja yang pake nama Ramiro udah berapa orang." Kevin menyeringai lebar.

"Yah, itu memang fakta." Matteo mendengus, menahan tawa, "Trus gimana kabar Ai?"

"Dia baik baik saja dan dia benar benar sukses menggaet Noah, manager resort. Padahal Noah tuh masuk kategori dingin, acuh dan gila kerja."

"Pesona seorang Airin Maxwell mana bisa ditolak." Matteo tertawa pelan, mengangguk dan mengucap terimakasih pada waitress yang mengantar minuman pesanan milik Matteo. "Ai tuh cantik, cerdas, mempesona dan seorang Maxwell. Apalagi kurangnya."

"Tapi, di sana, dia gak dikenal sebagai seorang Maxwell." Kevin menggeleng, menahan tawa.

"Really? Gak mungkinlah. Oke anggap dia gak dikenali sebagai Maxwell, Ai tuh tetap manis dan menggemaskan."

"Big mistake!" Kevin tergelak lebar, berdehem sebelum berbisik pelan "Aku berani bertaruh kalau kamu sendiri gak bakal ngenalin dia itu adalah Ai mu saat kalian bertemu."

"Maksudnya?" Matteo mengerutkan keningnya, mencoba mencerna kalimat Kevin yang terdengar membingungkan. "Tidak mungkin, Vin. Dalam keadaan mata tertutup pun, aku bisa mengenalinya."

"Go and see her." Kevin menyeringai.

"Di resort?"

"Yes, Teo." Kevin mengangguk.

"Aku sibuk." Matteo menggeleng, jadwalnya sangat padat hingga dua minggu ke depan.

"Pergilah weekend ini, kau tidak akan menyesal." Kevin kembali terkekeh geli, mengingat penampilan Airin yang sangat berbeda.

"Aku harus memeriksa ulang jadwalku."

"Pastikan weekend ini, Teo. Aku tidak yakin selama apa seorang Airin tidak dikenali."

Matteo tampak terdiam, berpikir "Oke, akan aku usahakan."

"Bawalah sekalian saudaramu."

"Kau gila? Ini bukan liburan. Ayah bisa menggantungku." Matteo mendengus samar.

"Come on. Uncle Pedro tidak akan ngamuk kalau dia tau anak anaknya mengunjungi Airin, keponakan kesayangannya. Satu satunya keponakan yang berani mengelayut di tubuh uncle yang dipenuhi tatto, di saat keponakan lain ketakutan. Ai kecil bahkan dengan berani memainkan jemarinya mengikuti pola gambar tatto dan menirukan suara mobil." Kevin kembali tertawa mengingat kelakuan absurd Airin saat mereka masih kecil.

My Love Journey (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang