Chapter 17

2K 166 4
                                    

Airin melangkah keluar dari dalam ruangan Noah setelah menghabiskan waktu sekitar setengah jam untuk membahas acara water sport weekend yang akan berlangsung minggu depan.

"Airin...." Suara Noah sontak menghentikan langkah kaki Airin.

"Ya, pak?" Airin menatap Noah yang selalu tampak berkharisma dengan pakaian kerjanya.

"Malam ini kau makan malam duluan saja, tidak usah menungguku. Aku ada pertemuan dengan beberapa vendor untuk acara water sport nanti."

"Ohh... Oke." Airin mengangguk pelan.

"Tidur duluan saja, tidak usah menungguku."

"Bapak pede banget ya, merasa yakin bakalan ditunggui." Airin tersenyum geli sambil menggigit bibir bawahnya.

"Off course." Noah tertawa ringan "Gak juga sih, aku gak mau kekasihku udah capek capek masak dan gak ada yang makan. Trus aku juga gak rela kalau kekasihku harus menahan kantuk cuma buat nungguin aku."

"I see." Airin tertawa pelan "Aku tidak akan menunggu. Good luck pak."

Noah mengangguk, menatap punggung Airin yang menghilang di balik pintu ruangannya.

********

Airin melangkah ringan menyusuri koridor hotel sebelum memekik kaget saat pergelangan tangannya dicekal kuat.

"Bu El?" Airin bergumam pelan, kaget saat mengetahui kalau Eliana lah yang mencekal dan menarik paksa tangannya, setengah menyeret ke arah sudut koridor dekat perlengkapan pemadam kebakaran.

"Sepertinya kau benar benar mencari masalah denganku." Eliana bergumam dingin, suaranya terdengar sinis.

"Aku?" Airin tertegun, menunjuk dirinya, menatap Eliana.

"Apakah otakmu sudah pikun hingga melupakan kejadian di kantin pegawai?"

"Oh itu." Airin berdecak pelan "Bukankah itu memang fakta. Pak Noah gak mau udangnya, trus ngapain juga ibu maksa."

"Eh anak baru! Jangan berlagak ya, mentang mentang dikirim pusat. Saat ini statusmu juga masih dalam masa percobaan."

"Kalau itu saya juga tau, bu. Gak perlu dijelaskan." Airin mengerang samar, mencoba tidak terprovokasi dengan kalimat pedas dari Eliana.

"Aku memperingatkan dirimu, jangan mencampuri urusanku apalagi dengan Pak Noah."

Airin menaikkan alisnya, menatap Eliana seolah olah meminta penjelasan.

"Jangan terlalu dekat dengan Pak Noah apalagi sampai sok sok ngasih bekal. Aku tau itu bekal dari kamu kan?"

"Iya memang benar, aku bikinin Pak Noah bekal karena pak Noah yang request. Kata pak Noah, masakanku enak."

"Hei cupu, ngaca dong! Pak Noah itu gebetanku."

"Saya memang cupu, saya sadar bu. Tapi sebagai orang berpendidikan, seharusnya ibu tau, tindakan ibu itu termasuk body shaming."

"I don't care." Eliana berdesis sinis.

"So I don't care too, mam. Selama janur kuning belum melengkung, artinya siapa saja boleh maju kan, bu." Airin menarik sudut bibirnya, tersenyum puas, penuh kemenangan.

"A-apa?" Eliana terbelalak, kesal dan marah, tidak menyangka jika Airin akan membalas perkataannya dengan sangat telak.

"Ibu udah dengar kok, jadi saya gak usah ulang sampai dua kali."

"Hei gadis kurang ajar!" Eliana menaikkan suaranya meraih tangan Airin, menyentak kuat.

"Lepas!" Airin menarik tangannya dengan kuat, menatap tajam Eliana.

My Love Journey (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang