"Ikut gue sekarang, tapi jangan bilang siapa-siapa."
Shian menganggukan kepalanya, ia pun ikut bersama Haikal menuju suatu tempat, ia berulang kali menyeka air matanya karena pikiran buruknya terus tertuju pada Zearka, namun ia berharap Zearka baik-baik saja.
"Kal, Zearka baik-baik aja kan?" Tanya Shian, namun tak ada sahutan dari Haikal, Haikal terus melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.
Tak lama kemudian mereka sampai di sebuah kantor polisi, membuat Shian terlihat bingung.
"Kenapa ke sini?"
"Zearka dorong Aji dari atap, Aji koma," sahut Haikal sambil menarik tangan Shian untuk masuk, namun Shian menahan tubuhnya.
"Kenapa?" Tanya Haikal saat melihat keterdiaman Shian.
"Gue kira Zearka bunuh diri, ternyata dia bunuh orang lagi," sahut Shian seraya berusaha melepaskan tangan Haikal dari pergelangan tanganya, namun Haikal malah mengeratkannya.
"Gue yakin Zearka gak bunuh orang, lo harus pastiin sendiri!" Haikal kembali menarik tangan Shian, kali ini Shian terlihat pasrah.
Kini Shian dan Haikal duduk di kursi tunggu, keduanya sudah 15 menit menunggu namun Zearka tak kunjung keluar.
Bahu keduanya menegang ketika melihat Zearka yang keluar dari sebuah ruangan, Zearka masih mengenakan baju semalam, namun kedua tangan Zearka diborgol.
Zearka pun duduk di hadapan Shian dan Haikal, hanya tersekat meja saja.
"Ze, apa yang terjadi? Lo serius dorong Aji? Gue denger dari bang Zegas gitu," tanya Haikal dengan tatapan tak percaya.
Zearka menatap Shian yang hanya diam, ia pun kembali menatap Haikal, "ya."
"Ya apa?" Tanya Haikal dengan nada agak membentak.
"Gue dorong Aji."
"Jangan becanda! Lo gak mungkin tega dorong Aji!"
"Gue dorong Aji, g-gue berusaha bunuh Aji."
"Jangan asal ngomong, Ze! Ucapan lo bisa ngeberatin hukuman lo!"
"Gue serius, Kal. Maafin gue, gue gak tau kenapa bisa lakuin itu, gue gak ngerti sama diri gue sendiri."
"Enggak! Gue tau lo bohong, lo bahkan gak berani buat nyakitin orang lain, gak mungkin lo berani buat dorong Aji, terlebih selama ini lo yang berusaha lindungin Aji dari siapa pun!"
"Gue serius, Kal. Gue juga gak nyangka gue lakuin itu ke Aji."
"Jadi kamu bakal dipenjara?" Tanya Shian dengan suara pelan, membuat Zearka beralih menatapnya.
"Hm." Zearka menganggukkan kepalanya, membuat mata Shian memerah dan berkaca-kaca.
Shian pun beranjak dari kursinya dan keluar dari ruangan itu, membuat Zearka memandang kepergiannya dengan tatapan cemas.
"Kejar Shian—."
"Enggak! Gue gak akan ngejar siapa pun lagi atas perintah lo, lo harus jujur sama gue, bahwa lo gak lakuin itu ke Aji!" Haikal masih berharap bahwa apa yang Zearka katakan tidak benar.
"Maaf, Kal. Gue serius lakuin itu.."
"Zear..." Haikal terlihat frustasi, ia benar-benar tak percaya dengan ucapan Zearka.
"Jujur sama gue, Ze. Kalau lo dipenjara nanti Shian gimana? Katanya apa pun yang terjadi lo bakal tetap nemenin Shian," ucap Haikal hang berusaha menyadarkan Zearka.
"Maaf, Kal. Semalem gue emosi sampe kelepasan, gue nyesel udah dorong Aji," lirih Zearka.
"Gue masih gak percaya, Zear! Jujur sama gue! Cuma ada gue di sini!" Bentak Haikal yang benar-benar terlihat marah, bahkan kedua tangannya sudah terkepal di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEARKA
Teen Fiction"Jika memang rasa sakitku bisa menyembuhkan lukamu, akan ku sembuhkan setiap waktu. Maaf, karena kehadiranku hidupmu menjadi sekacau ini, Shian." -Zearka