20 || Ingatan yang kembali

450 83 9
                                    

Arion kafe di tengah malam masih terlihat ramai, mengingat ini adalah hari libur, yang mana kafe tersebut akan tutup di pukul 2 dini hari.

Di meja taman belakang, terlihat Zegas yang tengah mengobrol dengan teman-temannya, Levin, Dion, dan Feroz.

"Jovan belum dateng juga," gumam Dion sambil melirik jam di ponselnya.

"Kayaknya ketiduran lagi, dia sering kayak gitu," sahut Levin dengan nada malas, kopi dingin membuat pikirannya membaik hingga tak ada rasa kesal karena Jovan tak datang.

"Ngomong-ngomong Zearka gimana? Lo udah ketemu dia?" Tanya Feroz sambil menatap Zegas, membuat Levin dan Dion ikut penasaran.

"Belum, dia ngehindarin gue, setiap kali gue ajak ketemu alasan terus."

"Terus lo gak ke rumah Shian?"

"Ke sana, tapi pasti lagi tidur," sahut Zegas dengan tatapan kosong, pikirannya kembali pada Zearka yang tak bisa ia temui akhir-akhir ini, terakhir ia bertemu saat Zearka di rumah dengan wajah pucat dan suara yang menyeret-nyeret, ia berusaha menepis pikiran buruknya soal itu, tapi ia tidak bisa, padahal sebenarnya ia sangat penasaran.

"Haikal bilang Zear makin tertutup, Zear makin banyak diem, Zear selalu patuh sama apa yang Shaka pinta. Haikal juga bilang kalau Shaka sama Zear kayak gak ada masalah, jadi Haikal pikir semuanya baik-baik aja walau agak aneh," lanjut Zegas.

"Kalau lo masih ganjel temuin aja dia di sekolahnya, dia gak akan bisa ngehindar lagi," saran Feroz yang dibalas anggukan kecil oleh Zegas.

"Gue takut Zear punya masalah lain, tapi dia gak berani buat cerita, gue bener-bener gak bisa maafin diri gue sendiri kalau sampe Zear kenapa-kenapa."

"Zear bisa jaga diri, dia bukan anak kecil yang harus lo khawatirin terus. Lagian kalau emang dia pengen milih jalan hidupnya sendiri, lo gak perlu larang-larang, apalagi maksa dia harus kuliah, padahal lo susah payah buat dapetin semua ini," ujar Dion yang membuat Levin sontak menyikut lengannya, ucapan Dion terdengar jelas bahwa Dion tidak menyukai Zearka.

"Jujur ya, awal-awal gue biasa aja sama Zear, dia anak baik, tapi setelah dia bikin masalah gue jadi kesel. Gue ngerasa dia nyembunyiin banyak hal dari lo, gak berani cerita kejadian sebenarnya kayak gimana, dia bener-bener nutupin semuanya dan sok sokan mau tanggung jawab soal Aji, padahal kalau gak ada lo dia gak bisa lakuin apa pun buat Aji. Dia pikir gampang cari uang? Dia gak mikirin gimana susahnya lo nyari uang selama ini," lanjut Dion yang akhirnya bisa mengutarakan isi hatinya tentang Zearka.

"Gue paham maksud lo, kalau gue ada di posisi lo gue juga bakal ngomong gitu, tapi sekarang gue yang ngerasain, mau Zearka bikin masalah sebesar apa pun gue gak bisa pura-pura gak peduli, gue selalu pengen bantuin dia dan jagain dia, jadi semua ini gue yang lakuin buat Zearka, bukan Zearka yang minta," sahut Zegas dengan suara pelan, tak tersinggung dengan ucapan Dion.

"Kalau lo bantuin masalah dia terus, dia bakal berpikir semuanya serba gampang, sampai dia bergantung sama lo. Gimana kalau dia bikin masalah lagi dan berpikir lo bakal nyelesaiin lagi? Apa lo gak cape? Tenaga dan uang lo abis buat nyelesaiin masalah dia."

"Gue—."

"Dia bukan adek kandung lo, biarin dia urus masalahnya sendiri, lo bantu sewajarnya aja. Gue gak suka liat lo mati-matian ngelindungin dia, sampe lo sempet sakit, tapi apa dia peduli? Dia malah ngehindarin lo!" Dion menyela ucapan Zegas dengan cepat, ia begitu khawatir pada Zegas, namun orang yang dikhawatirkannya malah mengkhawatirkan Zearka yang tidak tahu terima kasih.

ZEARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang