15 || Pesta

684 164 108
                                    

"Ah rambut gue!" Pekik Shaka setelah Zearka selesai menutup resleting kostum bebeknya, namun rambutnya menyangkut di resleting itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ah rambut gue!" Pekik Shaka setelah Zearka selesai menutup resleting kostum bebeknya, namun rambutnya menyangkut di resleting itu.

Zearka pun membenarkan resleting itu, kemudian menaikan kupluk bebek yang menyatu dengan kostum tersebut ke kepala Shaka.

"Kalau sampe si Marva gak pake baju ini, mau gue jorokin ke kolam," Shaka mendumal, mengingat ia dan Marva kalah oleh Shian dan Zearka.

"Razkal bakal dateng, lo masih mau gabung sama mereka?" Tanya Zearka yang membuat Shaka terdiam sejenak.

"Gur gak ngelarang lo buat temenan sama siapa pun, cuma buat Razkal... dia udah banyak ngehasut lo, gue takut lo kehasut lagi," lanjut Zearka.

"Gue gak pernah ngerasa kehasut sama siapa pun, keputusan gue maafin lo cuma buat ngejaga diri gue biar tetep waras, lo gak perlu khawatir soal Razkal, dia gak bisa ngehasut gue tentang hal apa pun," sahut Shaka dengan santai, namun kalimatnya membuktikan bahwa Shaka terpaksa harus memaafkan Zearka.

"Oh ya, gue bisa ungkit-ungkit kesalahan lo kapan aja, jadi jangan bikin gue marah," ujar Shaka sambil menepuk Zearka, kemudian ia keluar dari kamarnya untuk menghampiri teman-temannya yang sudah berdatangan.

Zearka harusnya sadar, sejak Shaka kembali bersikap baik padanya, itu bukan karena tulus mempercayainya, melainkan demi kewarasan Shaka yang hampir hilang karena terus membencinya.

Zearka menghela napas lirih, ia sudah berjanji untuk menerima apa pun yang Shaka dan Shian berikan untuknya walau rasanya sakit.

Zearka pun keluar dari kamar Shaka, ia beralih memasuki kamar Shian, membuat Shian yang tengah bercermin menoleh padanya.

Shaka mendekat pada Shian, membuat Shian tersenyum malu, pasalnya Zearka terlihat lebih tampan dengan setelan ripped Jeans dan kemeja hitam.

"Aku udah 17 tahun," ujar Shian.

"Terus?" Tanya Zearka sambil menahan senyum.

"Kamu belum kasi aku kado."

Zearka pun memberikan paperbag berukuran sedang pada Shian, dan Shian menerimanya, Shian mengeluarkan bebek dan kaktus palsu, "kenapa cuma ini?"

"Kamu gak suka?"

"Maksud aku, kenapa harus kaktus dan bebek palsu?"

"Kalau bebek dan kaktus asli nanti kamu kerepotan ngurusnya, kalau yang palsu kamu cuma perlu taruh tanpa harus kasih makan atau disiram, ini bakal abadi kalau kamu bisa jaganya, bahkan sampai kamu tua pun kedua boneka ini gak akan pernah mati," sahut Zearka sambil tersenyum manis.

"Kamu gak perlu susah payah buat ngejaga pemberian aku, Shian. Cukup taruh di mana pun, asal jangan sampai hilang," lanjut Zearka.

Shian tersenyum, ia menaruh boneka bebek kecil itu di atas meja, kemudian di sampingnya ia taruh pohon kaktus palsu, "aku suka, mereka gak akan pernah mati, gak akan pergi ninggalin aku."

ZEARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang