Shian terbangun dari tidurnya, ia mengerang kesal karena harus menyelesaikan urusannya di toilet, membuatnya tak mengantuk lagi, ia pun membuka pintu balkonnya, kebetulan Zearka baru saja pulang dari suatu tempat, Zearka nampak berjalan di taman samping menuju pintu belakang dengan beberapa Tote bag besar di tangannya."Zearka!"
Zearka menghentikan langkah, menoleh, dan tersenyum padanya, "kenapa udah bangun? Masih pagi."
"Dari mana?"
"Belanja."
"Ish! Kan aku bilang kalau mau belanja aku ikut!"
"Kan kamu tidur, cape. Udah aku beliin bahan buat bikin carbonara kok, ada coklat, puding, sama eskrim juga, ada yang kurang?"
Shian mendengus kecil, "gak ada, kenapa kamu yang belanja? Bibir Mar sama pak Yoko kan ada."
"Kan emang aku yang suka belanja, kamu lupa?"
"Tau ah! Dibilang aku ikut! Gak punya telinga!"
Zearka tertawa melihat Shian yang terlihat begitu marah, "iya nanti, sekarang udah terlanjur belanja, aku masak dulu.."
Setelah mengatakan itu Zearka kembali melanjutkan langkahnya, memasuki rumah Shian melalui pintu belakang.
Kini Shian menoleh ke samping, ia terkejut saat melihat Shaka yang berdiri di ambang pintu balkon sambil menatapnya.
"Apa?" Tanya Shian dengan tatapan bingung.
"Jelek banget," gumam Shaka seraya memandang Shian dari atas sampai bawah, Shian pun meraba surainya yang mengembang seperti bulu singa, bahkan ada jejak liur kering di sudut bibirnya.
"Ih! Kenapa gak dibilangin dari tadi? Malu!" Rengek Shian, kemudian ia memasuki kamarnya dan menutup pintu balkon dengan keras.
Sementara Shaka hanya tersenyum kecil, kemudian menghela napas lirih.
**
"Oma oma ga oma oma ga.. nananananananananaaaaaaaa.."
"Utututu Nana cantik, anaknya siapa? Anaknya mami Shian.."
Zearka melirik Shian yang tengah duduk di tangga kecil jalan menuju dapur sambil memangku Nana dan menggoda Nana.
"Papinya Nana siapa? Papi Zear.." ucap Shian lagi yang membuat Zearka berdecak kecil.
Zearka pun menaruh puding di atas meja, "ini pudingnya, cuci tangan."
Shian pun melepaskan Nana, kemudian ia mencuci tangan dan duduk di salah satu kursi meja makan, ia menikmati puding yang sudah Zearka siapkan untuknya.
"Kado-kado kamu di ruang belakang."
Shian menyodorkan satu sendok puding pada Zearka, dan Zearka menerima suapan itu, "nanti bantuin aku buka semua kadonya."
"Hm, ada titipan kado dari Zia juga, ternyata semalem dia dateng, tapi kadonya dititip ke pak Yoko."
"Oh.."
"Kamu gak mau kasih kerjaan buat Zia di sini? Dia bisa urusin pakaian kamu."
"Enggak, nanti kamu lebih deket sama Zia dari pada aku."
"Enggak lah."
"Pokoknya enggak, aku gak mau ada Zia di sini, soalnya Zia suka diem-diem deketin kamu, aku gak rela."
Zearka menghela napasnya, "Yaudah."
"Zear, menurut kamu kita masih pacaran gak sih?"
"Masih, kalau gak pacaran ngapain semalem cium-cium?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEARKA
Teen Fiction"Jika memang rasa sakitku bisa menyembuhkan lukamu, akan ku sembuhkan setiap waktu. Maaf, karena kehadiranku hidupmu menjadi sekacau ini, Shian." -Zearka